Kamis 17 Mar 2016 19:43 WIB

Branding Asian Games 2018 Belum Jelas?

Logo Asian Games 2018
Foto: Asian Games 2018
Logo Asian Games 2018

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  --  Pakar manajemen olahraga Fritz E. Simandjuntak menganggap branding untuk ajang internasional Asian Games 2018 belum memiliki kejelasan. Menurut dia, dalam sebuah agenda berkelas internasional harus memiliki branding yang kuat untuk menarik minat masyarakat di seluruh dunia.

"Asian Games harus menjadi sebuah produk dari segi pemasaran yang bisa menciptakan sebuah nilai tambah, baik bagi pemilik produk, dalam hal ini OCA (Olympic Council of Asia), masyarakat dan atlet," katanya di Jakarta, Kamis (17/3).

Bagi atlet, Fritz berpendapat selama ini pihak tersebut belum mendapat keuntungan dalam penyelenggaraan event olahraga di Indonesia, baik tingkat nasional, regional, maupun internasional. Hal tersebut sangat lah miris, katanya, mengingat Indonesia merupakan negara anggota dari "Group of Twenty" (G20).

"Saya pernah menyampaikan ini di Kemenpora, masuknya Indonesia ke G20 sebagai hal yang luar biasa. Tapi untuk membangun kompleks olahraga tidak ada niat, ini tidak masuk akal," kata Fritz dengan tegas.

Fritz mencontohkan, pada era pemerintahan Presiden Soekarno telah dibangun kompleks olahraga Senayan dengan bangunan yang paling menonjol adalah stadion Gelora Bung Karno. Berdasarkan pandangannya, GBK pada saat itu merupakan bangunan yang revolusioner dan maju pada zamannya berkat kesungguhan hati dan kepiawaian Soekarno dalam merancang stadion tersebut.

"Itu menjadi salah satu kehebatan Indonesia pada tahun 1962, karena berhasil membuat stadion tanpa tiang penyangga pertama di dunia. Sampai sekarang tidak ada lagi pembangunan stadion yang revolusioner," katanya.

Dengan adanya sebuah bangunan atau infrastruktur yang bisa menjadi ciri khas dalam event internasional, hal tersebut bisa menarik animo masyarakat dan juga atlet.

"Karena mereka akan merasa bangga bisa menonton atau ikut mengisi kegiatan pada pesta olahraga tingkat Asia dengan dukungan teknologi yang sedemikan rupa," katanya menambahkan.

Ternyata hal serupa juga dilakukan Korea Selatan saat menjadi tuan rumah Asian Games tahun 2014 dan China saat menyelenggarakan Olimpiade tahun 2008.

"Mereka ingin event tersebut juga bisa menjadi daya tarik investasi dan berkesan kepada seluruh masyarakat dunia yang hadir. Untuk itu mereka sangat serius menggarapnya," ujar Fritz.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement