REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Pemerintah Prancis memastikan penyelenggaraan Piala Eropa 2016 dilakukan dengan keamanan super ketat. Bahkan, Wakil Presiden UEFA Giancarlo Abete mengatakan ada pilihan rencana untuk melakukan pertandingan dengan cara tertutup. Itu dikatakan Abete, sebagai antisipasi aksi serangan dan terorisme.
"Kita tidak bisa mengecualikan adanya kemungkinan untuk pertandingan di dalam stadion yang tertutup. Kita tidak bisa mengecualikan adanya serangan-serangan terorisme," katanya saat wawancara bersama Radio France 24 seperti dikutip the Daily Mail, Rabu (23/3).
Abete mengakui pemerintah di Paris khawatir dengan situasi keamanan Benua Biru menjelang Piala Eropa. Paris ditempatkan sebagai lokasi utama penyelenggaraan pesta sepak bola terbesar di Benua Eropa itu. Penyelenggaraannya dimulai pada 10 Juni mendatang.
Akan tetapi, sejumlah serangan mematikan di beberapa negara Eropa, membuat Prancis meninggikan status waspada. Terakhir, pengeboman di Brussels, Belgia pada Selasa (22/3) melayangkan nyawa sipil sebanyak 34 orang. Di Prancis sendiri, serangan mematikan menghantam ibu kota pada November 2015 lalu.
Aksi menjelang akhir tahun itu membikin 150 nyawa melayang. Nahas, kejadian di Paris ketika itu, salah satunya sengaja menyasar sipil ketika menonton sepak bola laga persahabatan antara Timnas Prancis dan Jerman di Stadion De France.
Abete mengatakan kejadian Paris dan Belgia pelajaran penting bagi semua negara di dunia. Namun dia memastikan, Piala Eropa tak bisa ditunda, apalagi dialihkan ke negara lainnya. Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Prancis, Bernard Cazeneuve mengatakan, untuk Piala Eropa, peningkatan keamanan membuat anggaran pengamanan membengkak.
Saat ini, kata Cazeneuve, pemerintah Prancis sudah menggelontorkan 1,9 juta euro (Rp 27 miliiar) hanya untuk program penambahan CCTV di semua sudut negeri itu menjelang pembukaan Piala Eropa 2016.