REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi menyarankan penyelenggaraan Kongres Luar Biasa Persatuan Sepak Bola Indonesia (KLB PSSI) tak menghadirkan calon tunggal. Imam menilai masih ada beberapa nama sejumlah nama yang menurutnya punya kompetensi memimpin PSSI.
Imam mengomentari kabar teranyar soal hadirnya Panglima Korps Strategi Angkatan Darat (Pangkostrad) Letnan Jenderal (Letjen) Edy Rahmayadi dalam pusaran calon pengganti Presiden PSSI La Nyalla Mattalitti.
Nama mantan Pangdam Bukit Barisan itu, Selasa (24/5) diusung sepaket dengan desakan KLB dari Kelompok 85 (K-85) yang mendesak adanya regenerasi dan restrukturisasi kepengurusan induk sepak bola Indonesia pascapemulihan. "Apa nggak ada nama lain?," kata Imam kepada Republika.co.id usai rapat kerja dengan Komisi X DPR RI, Rabu (25/5).
Dikatakan politikus dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu, Indonesia masih punya sejumlah tokoh olah raga, bahkan sudah kaliber internasional. Imam sebetulnya menolak menanggapi soal desakan KLB. Karena menurut Imam, pemerintah tak punya tangan panjang untuk mencampuri urusan internal PSSI saat ini.
Imam menegaskan agar kepengurusan PSSI saat ini menerima desakan sejumlah klub dan asosiasi provinsi (asprov) pemilik suara di federasi nasional yang meminta adanya KLB. Dalam sebelun ini, desakan agar PSSI melangsungkan KLB disuarakan K-85.
Baca juga: Umuh Siap Dampingi Edy Sebagai Waketum PSSI
Kelompok ini mengklaim punya 92 dari 107 pemilik suara PSSI. Pada Selasa (24/5), K-85 aklamasi mengusung Letjend Edy Rahmayadi sebagai calon ketua umum PSSI.
Sementara itu, Ketua Komisi X DPR RI, Teuku Rifky Harsya mengatakan, pencalonan seorang militer aktif dalam rencana KLB PSSI harus dikaji ulang. Sebab, menurutnya ada pertentangan fungsi seorang Edy dengan keanggotaan militernya, terkait dengan reformasi dan perubahan kondisi sepak bola nasional.
Meskipun politikus dari fraksi Partai Demokrat itu tak melarang K-85 mencalonkan Edy, akan tetapi agar penginisiasi KLB paham tentang siapa yang berhak dicalonkan sebagai pemimpin PSSI. "Sebetulnya terserah siapa saja. Asalkan siapa yang dicalonkan sesuai dengan aturan di PSSI sendiri," ujar Teuku.