REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua X DPR Teuku Riefky Harsya menegaskan pihaknya tidak setuju dipangkasnya anggaran Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) sebesar Rp 167,5 miliar.
Bahkan, dia meminta agar kepanitiaan Asian Games 2018 segera mendorong Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) untuk meminta anggaran tambahan kepada Kementerian Keuangan.
Menurut politikus Partai Demokrat itu, seharusnya Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) memiliki kekuatan untuk melakukan lobi terhadap Kementerian Keuangan.
Itu diperlukan agar tidak ada pemotongan anggaran untuk menunjang prestasi atlet menuju sukses prestasi di Asian Games 2018.
"Bagaimanapun juga prestasi atlet juga harus ditunjang dengan anggaran yang ideal. Menpora juga harus miliki kekuatan untuk melobi, agar anggaran tidak dipotong," ucap Teuku Riefky, sesaat setelah Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) di ruang rapat Komisi X, Selasa (14/6).
Ketua Satlak Prima Achmad Soetjipto mengatakan idealnya anggaran untuk membangun kompetensi dan kapasitas bagi para atlet sebesar Rp 1,2 triliun. Dengan anggaran cuma Rp 500 miliar, Indonesia hanya menang atas Timor Leste dan Filipina.
Sebab negara Asia Tenggara lain mengalokasikan anggaran yang amat besar. Thailand mengalokasikan dana Rp 1,7 triliun, Singapura Rp 1,8 triliun, Malaysia Rp 1,9 triliun, dan Vietnam Rp 1,04 triliun.
Selanjutnya, Soetjipto mencontohkan anggaran bagi tiap atlet renang idealnya Rp 1,7 miliar per tahun. Namun, dengan anggaran tersebut, cabang olahraga renang tidak mampu bersaing, bahkan di level Asia Tenggara.
"Jujur ini yang membuat kami cemas. Kami dituntut untuk unggul tapi anggaran seperti ini," kata Soetjipto.