REPUBLIKA.CO.ID, RIO DE JANEIRO -- Cabang olahraga Bulutangkis Indonesia memang mampu menyumbang medali emas di Olimpiade Rio de Janeiro. Namun, hasil yang terjadi di lapangan sebagian besar di luar perkiraan tim PBSI. Kepala bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI, Rexy Mainaky mengakui banyak ekspektasi tidak tercapai di cabang olahraga Bulutangkis.
Salah satu hal yang membuat itu terjadi, kata dia, adalah pemain tidak bermain lepas di lapangan. Beberapa atlet memang baru pertama mencicipi tekanan dalam pertandingan Olimpiade, namun, sebagian lainnya sudah pernah merasakan beratnya tekanan di multieven terbesar di dunia ini.
“Mereka kurang tampil lepas,” tutur Rexy di Rio de Janeiro, Rabu (17/8) sore waktu setempat.
Menurut dia, yang sangat disayangkan adalah penampilan dari Ganda Putra Hendra Setiawan/ Muhammad Ahsan. Mereka diprediksi mampu menyumbangkan satu medali di cabang olahraga ini, tapi yang terjadi justru lain. Keduanya harus takluk sejak penyisihan grup. Penampilan yang sama juga diperlihatkan Lindaweni Fanetri serta Tommy Sugiarto. Mereka tak mampu bermain lepas dari tekanan dan menikmati pertandingan. Seluruhnya, kata Rexy, karena tekanan yang ada di mereka sendiri.
Ke depan, PBSI harus lebih memersiapkan atlet-atletnya. Terlebih, di nomor Tunggal Putri, Indonesia memang sudah lama vakum dalam menyumbang atlet. Hal ini harus juga menjadi perhatian. Saat ini banyak nama yang sudah mulai muncul. Hanya saja, waktu dan pengalaman mereka belum banyak untuk berlaga di pertandingan sebesar Olimpiade.
“Kita akan berikan kesempatan bermain pada bibit-bibit potensial di even-even yang besar,” ujar dia.