Ahad 21 Aug 2016 16:11 WIB
Olimpiade 2016

Sukarelawan Olimpiade Bergelar PhD

Rep: Agus Raharjo/ Red: Indira Rezkisari
Para sukarelawan Olimpiade Rio sedang mengepel lantai untuk digunakan dalam pertandingan bola voli.
Foto: Reuters
Para sukarelawan Olimpiade Rio sedang mengepel lantai untuk digunakan dalam pertandingan bola voli.

REPUBLIKA.CO.ID, RIO DE JANEIRO -- Olimpiade Rio de Janeiro menyimpan banyak cerita menarik tentang sukarelawan (volunteer). Mulai dari sukarelawan yang membiayai kebutuhannya sendiri, sampai sukarelawan yang menolak diberi uang tip. Sebagian sukarelawan yang bekerja di gelaran Olimpiade memang bukan orang biasa. Artinya, mereka bukan orang yang butuh pekerjaan untuk uang.  

Iris Tebeka, salah satu sukarelawan dari Brasil juga memiliki kisah menarik. Iris bukan sukarelawan yang terlihat sedang butuh pekerjaan untuk mendapatkan uang. Parasnya yang bersih memerlihatkan wanita berdarah Prancis-Brasil ini hanya sekadar mengisi waktu. Namun, pekerjaan yang dilakoninya membuktikan dia orang yang tidak suka bermalas-malasan.

Iris menceritakan, dirinya bekerja sebagai sukarelawan Olimpiade Rio de Janeiro untuk mengisi kegiatan cuti yang diperolehnya dari kantor. Selama hampir satu bulan, masa cuti wanita asal Sao Paulo itu dihabiskan dengan menjadi sukarelawan yang pekerjaannya menjadi asisten kontingen Olimpiade. Jangan heran dengan cuti yang dapat diperoleh dari perusahaan di Brasil.

Dalam satu tahun, setiap pekerja di Brasil mendapat hak untuk mengambil cuti selama 30 hari. Meskipun cuti, mereka tetap dibayar oleh perusahaan. Jadi, masa bekerja selama kurang lebih tak membuat masalah bagi Iris. Dia tetap dapat melanjutkan pekerjaannya sebagai periset di salah satu perusahaan kimia multinasional di Brasil. Iris bukan wanita sembarangan, sebagai periset kimia, ia memang sosok terpelajar.

Pada wartawan Republika.co.id, Agus Raharjo, ia menceritakan pengalaman hidupnya yang harus pindah dari Prancis ke Brasil pada usia 11 tahun. Sejak itu, ia bersama sang ibu menetap di Brasil. Kecerdasan yang dimiliki Iris membuat ia sanggup menyelesaikan sekolahnya. Lalu, sosok berkacamata itu melanjutkan studi ke bangku kuliah jurusan kimia. Tekadnya berlanjut untuk mempelajari kimia. Akhirnya, gelar PhD disandangnya untuk jurusan yang sama.

"Gelar itu saya peroleh dari riset saya soal kimia organik," tutur Iris yang menyempatkan berbincang dengan Republika di Rio de Janeiro.

Iris penuh semangat menceritakan bidang yang dikuasainya. Saat ini, di perusahaan tempatnya bekerja, ia bertanggungjawab membuat riset untuk menciptakan bahan kimia pengganti dari tebu. Bahan kimia yang dihasilkan dari Tebu dapat digunakan sebagai bahan dasar berbagai kebutuhan. Riset yang dilakukannya juga memungkinkan tebu untuk menghasilkan bahan bakar pengganti minyak bumi. Jadi, dengan molekul baru yang dihasilkan, menjadi lebih ramah lingkungan.

Sebagai periset di perusahaan DOW di Sao Paulo, pendapatan Iris tak sedikit. Namun, ia tidak ingin menceritakannya. Yang pasti, mobil menjadi barang mewah di Brasil, sedangkan Iris, berangkat dari Sao Paulo bersama ibunya menyetir sendiri. Sembari menikmati liburan di Kota Sungai Januari ini. Bahasa Inggris Iris tergolong fasih. Sebab, ia juga pernah tinggal di Swedia selama beberapa bulan sebelum akhirnya memutuskan pulang dan bekerja di Sao Paulo.

Punya kehidupan mapan membuat niat Iris tak mengendor untuk bekerja sebagai sukarelawan. Pendaftaran menjadi sukarelawan sudah dilakukan dua tahun lalu. Menurutnya, ada banyak hal yang dapat diperoleh dengan menjadi sukarelawan. Wanita 30 tahun itu juga mengaku sangat senang dan menikmati pekerjaannya selama hampir sebulan ini. Bahkan, kata dia, menjadi sukarelawan adalah kesempatannya untuk lebih dekat dengan orang dari seluruh dunia.

"Saya dapat belajar budaya mereka, menjalin pertemanan, dan saya tidak akan mendapatkan pengalaman berharga ini kalau saya hanya tinggal di rumah," ujar dia sembari menyunggingkan senyum.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement