Selasa 27 Sep 2016 07:13 WIB

FIFA Dikritik karena Bubarkan Gugus Tugas Antirasisme

FIFA
Foto: EPA/STEFFEN SCHMIDT
FIFA

REPUBLIKA.CO.ID, MANCHESTER -- Badan sepak bola dunia FIFA menjadi sorotan pada Senin (26/9) karena membubarkan gugus tugas antirasisme mereka. Mantan kandidat presiden FIFA Pangeran Ali bin Al Hussein mengatakan itu mengkhawatirkan dan memalukan. 

Sekretaris jenderal FIFA Fatma Samoura mengonfirmasi keputusan itu ketika ia berbicara pada konferensi Soccerez di Manchester.

"Kami akan membelokkan pekerjaan ini menuju program kuat tertuju pada kebijakan nol toleransi terhadap diskriminasi dalam semua bentuk, termasuk kekerasan terhadap hak-hak asasi manusia," kata dikutip Reuters. "Kita dapat hidup dengan persepsi (yang diciptakan oleh bubarnya gugus tugas) namun kami mengambil langkah yang sangat tegas."

Pangeran Ali, mantan anggota komite eksekutif FIFA yang dua kali mencalonkan diri sebagai kandidat presiden, mengatakan ini memalukan dan mencemaskan.

"Tidak pernah ada kebutuhan untuk memerangi diskriminasi rasisme dan rasial yang lebih jelas daripada dunia yang kita huni saat ini," kata Pangeran Ali dalam pernyataannya.

Ia menjelaskan, ini bukan sesuatu yang bisa diabaikan. Pangeran asal Yordania ini mengkritik, gugus tugas ini sebelumnya lebih kepada pencitraan FIFA, sebagaimana program-program lain yang dibuat otoritas sepak bola dunia itu. Padahal, mereka seharusnya mengurusi isu diskriminasi sebenarnya.

Keputusan ini terkuak pada pekan lalu ketika Osasu Obayiuwana, penyiar sekaligus pengacara asal Nigeria yang merupakan anggota panel, mempublikasikan surat yang ia terima dari FIFA yang mengumumkan akhir dari gugus tugas melalui Twitter.

Di situ tertulis bahwa gugus tugas telah mencapai tujuan-tujuan yang dicanangkan untuk itu ketika dibentuk di bawah kepemimpinan mantan presiden FIFA Sepp Blatter pada 2013. 

Ketua gugus tugas yang asli, Jeffrey Webb, merupakan salah satu dari sebagian pejabat sepak bola papan atas yang ditangkap di Zurich pada Mei tahun lalu.

Webb telah dinyatakan bersalah di AS karena pelanggaran-pelanggaran terkait penyuapan, penipuan, dan pencucian uang. Ia adalah salah satu dari 42 pejabat dan entitas sepak bola yang ditangkap pada tahun lalu, yang menjebloskan FIFA ke dalam krisis terburuknya.

Webb digantikan sebagai kepala gugus tugas oleh Constant Omary, anggota Dewan FIFA dari Republik Demokratik Kongo.

Grup anti rasisme Kick It Out asal Inggris Raya mengatakan pihaknya bingung dengan keputusan FIFA, khususnya ketika keputusan ini terjadi kurang dari dua tahun sebelum Piala Dunia di Rusia, negara yang dituding mereka terkenal jahat untuk rasisme dan aktivitas-aktivitas melecehkan kepada kaum minoritas.

Pihaknya mengatakan sepak bola semestinya mencari jalan untuk memerangi kekerasan, prasangka, dan kebencian dan organsasi-organisasi yang menentang rasisme. Demikian laporan Reuters, seperti dikutip dari Antara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement