Selasa 04 Oct 2016 20:11 WIB

Debat Calon PSSI 1: Pembinaan Sejak di Daerah Jadi Perhatian

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Israr Itah
Suasana debat calon ketua umum PSSI di Jakarta, Selasa (4/10).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Suasana debat calon ketua umum PSSI di Jakarta, Selasa (4/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon ketua umum PSSI Eddy Rumpoko merisaukan pola pembibitan dan pembinaan pesepak bola di Indonesia. Saat ini, kata dia, ada sekitar 217 klub sepak bola profesional yang terafiliasi ke PSSI. Namun sayangnya, pembibitan dan pembinaannya, menepis keberadaan putra daerah.

Padahal menurut dia, pembibitan dan pembinaan yang utama dilakukan PSSI bersama para klub, seharusnya memprioritaskan pesepakbola daerah. Ini disampaikan oleh Eddy saat debat calon ketua umum PSSI di Jakarta, Selasa (4/10)

Eddy mencontohkan seperti yang terjadi di Papua. Potensi para pemainnya banyak. Tapi, menjadi pertanyaan ketika klub-klub dari daerah tersebut seperti tutup mata dengan potensi putra-putra desa yang berkembang alami bermain sepak bola. Menurut dia, itu terjadi lantaran tak adanya kompetisi di semua level umur, yang membuat pemain-pemain daerah bisa terbina.

Kandidat lain, Tonny Apriliani mengatakan, bukan hanya 217 klub, menurut catatan dia ada sekitar 700-an klub sepak bola Tanah Air pada semua kasta kompetisi. Hanya, kata dia, peran sejumlah Asosiasi Provinsi (Apsprov) kurang maksimal karena meskipun menjadi anggota sah PSSI, tapi tak punya program kompetisi.

Kandidat lainnya, Kurniawan Dwi Yulianto menilai kemandekan kompetisi di daerah menjadi pemutus regenerasi sepak bola sampai ke tingkat nasional.

"Apapun langkahnya, event (kompetisi) dari tingkat junior sampai senior harus ada. Pembinaan usisa dini harga mati dalam memajukan sepak bola," ujar mantan penyerang timnas Indonesia ini.

Akan tetapi, calon lainnya, Sarman El Hakim meyakini, tak jalannya roda kompetisi sampai ke daerah-daerah hanya disebabkan satu hal. Yaitu, minimnya infrastruktur kepengurusan PSSI di daerah-daerah.

Dan, hal tersebut, menjadi satu prioritas program kerjanya jika berhasil terpilih sebagai ketua umum federasi nasional. Sarman mengungkapkan, banyak Asprov yang tak memiliki kantor. Jika pun ada, perkantoran tersebut tak representatif menyusun program dan kompetisi. 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement