Selasa 04 Oct 2016 20:58 WIB

Sarman El Hakim Sindir Pejabat PSSI Lama yang Calonkan Diri

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Israr Itah
Sarman El Hakim (kedua kanan) menyampaikan visi misinya pada acara Debat Calon Ketua Umum (Ketum) PSSI 2016-2020 di Jakarta.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Sarman El Hakim (kedua kanan) menyampaikan visi misinya pada acara Debat Calon Ketua Umum (Ketum) PSSI 2016-2020 di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Debat terbuka para calon ketua umum PSSI di Jakarta, Selasa (4/10), sempat memanas. Itu terjadi ketika salah satu kandidat, yaitu Sarman El Hakim meminta konsistensi dari semua calon untuk merevolusi badan sepak bola nasional tersebut.

Sarman menegaskan, perlu sikap terang dari semua para calon untuk memastikan federasi nasional yang bersih dan terbebas dari orang-orang lama jika kelak terpilih. Bahkan, Sarman terang-terangan mengatakan bahwa dari sembilan calon, ada dua kandidat yang sebetulnya tak pantas mencalonkan diri lagi lantaran dianggap sudah gagal dalam periode sebelumnya. 

"Ini penting. Bahwa revolusi PSSI itu harus ada," ujar dia.

Debat terbuka kandidat ketua umum PSSI dihadiri enam sosok, yaitu Moeldoko, Eddy Rumpoko dan Tonny Apriliani serta Djohar Arifin Husin juga Kurniawan Dwi Yulianto. Sementara tiga lainnya, Eddy Rahmayadi, Erwin Aksa, dan Benhard Limbong absen.

Pernyataan Sarman sebetulnya terjadi saat sesi tanya jawab antar kandidat. Ketika Sarman mendapat giliran bertanya kepada calon lainnya, yaitu Tonny Apriliani, dia mendesak agar anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI tersebut harus membersihkan federasi nasional dari orang-orang politik dan orang-orang gagal.

Dia mencontohkan, saat ini Pelaksana tugas (Plt) Ketua Umum PSSI Hinca Panjaitan, merupakan Sekertaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrat. Saat ini, pun Hinca tercatat sebagai salah satu calon wakil ketua umum yang lolos verifikasi di Komite Pemilihan (KP) untuk disorongkan ke bursa pemilihan saat Kongres Tahunan PSSI pada 17 Oktober.

"Berani kah Anda (Tonny) tidak melibatkan lagi orang-orang politik dan orang-orang yang selama ini terbukti gagal mengurus PSSI?," tanya Sarman.

Tak ingin berdebat panjang, Tonny pun menegaskan, bakal melakukan hal tersebut. "Berani," singkat dia menjawab. Akan tetapi jawaban Tonny sebetulnya hanya ingin mengakhiri perdebatan dengan Sarman. 

Sebab menurut dia, siapa pun yang terpilih sebagai ketua umum, pembenahan organisasi memang kebutuhan mendesak. Hanya, kata dia, bukan berarti harus membongkar semua hal yang selama ini sudah ditempa PSSI. Soal program kata dia, ada sejumlah kegiatan PSSI yang sebetulnya sudah baik dan hanya melanjutkan saja. 

Singgungan serupa juga terjadi ketika salah satu panelis debat terbuka, Anton Sanjoyo mempertanyakan kenekatan Djohar Arifin Husin kembali tampil ke bursa pencalonan. Anton mengatakan, Djohar terbukti gagal memimpin PSSI selama periode 2011-2015. Tolok ukurnya, dikatakan Anton dengan tak ada satupun catatan prestasi yang pernah diraih tim Garuda selama Djohar memimpin.

Namun Djohar menjawab pencalonannya kali ini tak lain untuk melanjutkan apa yang pernah dia rencanakan saat memimpin federasi. Kata dia, ketika dirinya menjadi ketua umum, ada dua program yang tak pernah jalan meski sudah disusun agar dilaksanakan. Yaitu, peningkatan fasilitas modern dalam sepak bola, dan juga sistem kompetisi berjenjang.

Djohar, menjelaskan dirinya punya konsep piramida pembinaan sepak bola dari paling bawah sampai bermuara ke level timnas. Piramida tersebut dimulai dengan diputarnya kompetisi di tingkat umur 14 sampai 19 tahun di semua daerah kabupaten dan provinsi. Kompetisi tersebut, diharuskan dia harus menjadi pekerjaan utama Asosiasi Provinsi (Asprov).

Di fase selanjutnya, kompetisi tersebut, dikatakan dia bakal mengerucut ke tingkat senior dan timnas. "Sewaktu saya memimpin, saya menyiapkan fondasi yang ada dasar piramidanya, sayang waktunya tidak cukup," ujar Djohar.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement