Senin 24 Oct 2016 20:05 WIB
Peparnas 2016

Peparnas Motivasi Atlet Difabel untuk Lebih Percaya Diri

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Yudha Manggala P Putra
  Sejumlah atlet tenis lapang kursi roda memasuki lapangan untuk mengikuti upacara penutupan Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XV yang diadakan di Stadion Siliwangi, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (24/10).(Republika/Raisan Al Farisi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Sejumlah atlet tenis lapang kursi roda memasuki lapangan untuk mengikuti upacara penutupan Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XV yang diadakan di Stadion Siliwangi, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (24/10).(Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XV/2016 Jawa Barat usai digelar setelah lebih dari sepekan memberikan kesempatan bagi atlet difabel membuktikan kemampuannya. Setelah pembukaan Peparnas XV/2016 pada Sabtu (15/10), sebanyak 1.983 dari 33 kontingen menggunakan momen tersebut untuk membuktikan keterbatasan fisik bukan menjadi penghalang meraih prestasi setara dengan atlet normal lainnya.

Usai Peparnas XV/2016 digelar, pencapaian baik juara atau tidak bukan menjadi tujuan utama atlet difabel berlaga di ajang olahraga empat tahunan tersebut. Peparnas menjadi motivasi tersendiri bagi mereka untuk percaya diri bisa berlaga di ajang yang lebih tinggi.

Seperti atlet difabel renang tundaksa asal Jawa Timur, Mutiara Cantik harsanto akhirnya bisa memecahkan rekor Peparnas Riau dalam nomor pertandingan 50 meter gaya kupu. Perempuan usia 12 tahun itu bisa mengubah rekor sebelumnya dengan catatan rekor 0:53 menit menjadi 0:42 menit.

Mutiara akhirnya bisa meraih medali emas pertamanya di Peparnas XV/2016 dengan memecahkan rekor tersebut. “Aku karena udah pecah rekor gini jadi termotivasi mau ikut ajang-ajang lebih besar, nggak cuma di Indonesia saja,” kata Mutiara kepada Republika.co.id, Senin (24/10).

Mutiara bahkan mengakui semenjak bisa berprestasi di bidang olahraga untuk pertama kalinya di usianya yang masih junior sudah tidak merasa minder lagi dengan keadaan fisiknya. Dulu Mutiara pernah menerimna ejekan dan diremehkan oleh teman-teman seumurnya, setelah meraih medali emas, dia kini bisa membuktikan keterbatasan fisiknya bukan menjadi penghalang.

Dalam umur yang masih anak-anak, Mutiara juga tidak menyangka bisa menemukan kelebihannya lebih awal ditengah keterbatasannya. “Aku tadinya hanya ikut-ikutan kakak yang suka renang, dia kan juga atlet. Akhirnya aku mau juga ternyata lama-lama bisa, senang banget di Peparnas pertama aku ikutin ini dapat medali emas,” ungkap Mutiara.

Begitupun dengan atlet difabel bulu tangkis Jawa Timur Suryo Nugroho yang merasa Peparnas memang menjadi motivasi tersendiri untuk bisa berlaga di ajang yang lebih besar. Bahkan Suryo yang kini sudah menjadi atlet Pelatnas berharap kedepannya peparnas hanya diperuntukkan bagi atlet junior untuk kaderisasi.

Suryo menilai jika peparnas bisa diikuti imbang oleh atlet muda akan semakin memberikan motivasi lebih menumbuhkan atlet-atlet Indonesia yang semakin percaya diri. Meski begitu ia berharap ke depannya Peparnas bisa semakin diperbaiki sistem pertandingannya. Terutama pembagian untuk atlet muda dan pelatnas.

“Peparnas kan untuk atlet difabel, yang muda-muda itu banyak kalau di sini dihadapkan dengan pelatnas pasti yang muda kalah bersaing. Padahal peparnas bagus sekali untuk memotivasi atlet difabel,” ujar Suryo.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement