REPUBLIKA.CO.ID, RIO DE JANEIRO -- Brasil benar-benar berubah pascakegagalan memalukan di Copa America Centenario. Pemecatan terhadap pelatih Carlos Dunga yang dilakukan Confederação Brasileira de Futebol (CBF) tidak sia-sia. Pelatih pengganti Adenor Leonardo Bacchi ternyata dengan cepat mampu beradaptasi dan mempersembahkan banyak kemenangan buat negeri Samba.
Sejak pelatih kepala dijabat pelatih yang akrab disapa Tite tersebut, Brasil menyapu bersih kemenangan. Teranyar adalah pembantaian terhadap Argentina 3-0 di Estádio Governador Magalhães Pinto Belo Horizonte, Jumat (11/11) dini hari WIB.
Kemenangan atas La Albiceleste yang diperkuat Lionel Messi itu adalah yang kelima bagi Tite. Artinya Brasil belum bisa dihentikan sejak bekas pelatih Corinthians, Atletico Mineiro dan Palmeiras itu menjabat.
Jadinya, Brasil kini menjadi pemuncak klasemen kualifikasi Piala Dunia 2018 zona Conmebol. Brasil memimpin dengan angka 24 dari 11 laga. Selecao unggul satu angka atas Uruguay di peringkat dua. “Tim kami sekarang membuat banyak perbedaan. Pemain-pemain memudahkan saya mendapatkan tujuan untuk menang,” kata Tite, dikutip dari USA Today, Sabtu (12/11).
Penunjukan Tite awalnya sempat membuat publik pecinta sepak bola ragu. Pasalnya, pelatih berusia 55 tahun tersebut tidak pernah melatih klub kelas dunia. Curriculum Vitae Tite lebih banyak berisi melatih klub-klub lokal Brasil. Dan beberapa klub Timur Tengah. Ia bahkan belum sekalipun menyentuh sepak bola Eropa baik sebagai pemain atau pelatih.
Tapi kini banyak pujian dituai Tite. Defender andalan Tite di Tim Samba Marquinhos mengatakan, Tite adalah motivator andal yang memompa semangat bertarung punggawa Brasil. Dan kolektivitas tim adalah hal yang selalu ditekankan Tite di setiap pertandingan.
Dan menurut bek PSG tersebut, ketika skema permainan arahan Tite sudah berjalan, Brasil juga diuntungkan dengan sejumlah penyerang andal seperti Neymar, Philipe Coutinho dan Gabriel Jesus. Sehingga aksi individu pemain juga sangat membantu Brasil.
Analisis dari USA Today mengatakan, Coutinho adalah salah satu pemain yang menjadi inti permainan Brasil sejak Tite menjadi pelatih. Andalan Liverpool itu selalu menjadi pilihan utama Tite.
Dan hasilnya Coutinho tak jarang menjadi aktor di balik berbagai kemenangan tim juara dunia lima kali itu. Seperti melawan Argentina, Coutinho adalah pemain yang memecah kebuntuan dengan gol cantik dari luar kotak penalti.
Bekas pemain sayap Inter Milan itu memperlihatkan kepiawaiannya mengatur serangan dalam pola 4-1-4-1 yang diperagakan Tite. Ia leluasa begerak menyisiri sisi kiri pertahanan lawan. Dan Coutinho juga sangat cocok bermain bersama kapten tim Neymar. Karena keduanya sudah akrab sejak membela tim muda Brasil 2009 silam.
Jika Tite mengalami start mulus dengan Brasil, tidak demikian dengan pelatih baru Argentina Edgardo Bauza. Bekas pelatih Sao Paulo itu ditunjuk oleh federasi sepak bola Argentina (AFA) juga pasca Copa America Centenario menggantikan Gerardo Martino.
Bauza baru sekali memetik kemenangan dari lima laga yang sudah ia jalani bersama Tim Tango. Yaitu atas Uruguay di awal September silam. Setelah itu Argentina hanya memetik dua hasil imbang dan dua lainnya kalah.
Jadinya, tak mengherankan jika posisi Argentina masih jauh dari peluang lolos ke Rusia 2018. Usai kalah dari Brasil, Argentina tertahan di peringkat enam dengan poin 16.
Persoalan Argentina masih sama yaitu lemah di pertahanan dan dalam penyerangan sangat bergantung pada sosok Lionel Messi. Messi absen tiga laga melawan Venezuela, Peru dan Paraguay. Yang hasilnya Argentina hanya memetik dua angka di tiga laga tersebut.
Tapi ketika sudah memainkan Messi melawan Brasil, justru Argentina masih kalah. Messi dan kawan-kawan tidak berkutik membongkar pertahanan Brasil yang dipimpin Danni Alves. “Semua harus bersabar dengan tim kami yang masih berbenah. Kami baru saja kalah dari tim yang sangat kuat (Brasil),” ucap Bauza, dikutip dari World Soccer.