Selasa 29 Nov 2016 14:30 WIB

Survei FIFPro: Banyak Pesepak Bola tidak Sejahtera

FIFPro
Foto: fifpro.org
FIFPro

REPUBLIKA.CO.ID, ZURICH – Sebagian besar pesepak bola di seluruh dunia masih menghadapi masalah minimnya penghasilan, keterlambatan pembayaran gaji dan intimidasi. Demikian hasil sebuah survei yang dipublikasikan Selasa (29/11). Dari hasil survei yang dilakukan persatuan pesepak bola dunia FIFPro tersebut terungkap kondisi sebagian besar pemain sepak bola jauh dari gambaran bahwa mereka punya mobil bagus dan tinggal di rumah mewah.

Sebanyak 60 persen dari sekitar 14 ribu pemain yang diwawancarai di 54 negara memperoleh gaji kurang dari 2.000 dolar AS sebulan. Dan empat dari 10 pemain pernah mengalami keterlambatan gaji dalam dua tahun terakhir. “Yang membuat kami frustrasi adalah karena tidak ada yang percaya bahwa klub-klub tidak menghormati kontrak dan tidak membayar pemain," kata Sekjen FIFPro, Theo van Seggelen.

Theo mengatakan, klub-klub seharusnya merasa malu karena hal tersebut masih terjadi sekarang. "Tidak semua pemain punya mobil lebih dari tiga dengan warna berbeda. Kenyataan dalam industri sepak bola kita sangat berbeda dengan yang orang-orang perkirakan," katanya. FIFPro menyebutkan bahwa ia surveinya, bekerja sama dengan University of Manchester, mencakup pemain dari Eropa, Amerika Selatan dan Utara, dan Afrika.

Persatuan pemain dari beberapa negara penting Eropa seperti Inggris dan Spanyol yang disebut memiliki kompetisi liga terkaya di dunia, tidak mengisi survei secara lengkap. Namun, hal itu diimbangi dengan sejumlah negara sedang berkembang yang tidak dimasukkan dalam survei.

Terkait gaji pemain, survei menyebutkan bahwa hanya 40,3 persen yang lebih dari 2.000 dolar AS per bulan. Sisanya, 14,5 persen antara 1.000 - 2.000 dolar AS, 24,6 persen antara 300 - 1.000 dolar AS, dan 20,6 persen kurang dari 300 dolar AS. Sebanyak 41 persen responden mengatakan bahwa mereka pernah mengalami penundaan gaji. 

Van Seggelen mengatakan, meskipun para pemain dapat mengadu ke FIFA, mereka harus tetap menunggu hingga dua tahun untuk mendapat suatu keputusan. “Kami ingin FIFA dan klub-klub mengurangi peraturan terkait toleransi keterlambatan gaji ini menjadi satu bulan. Ini untuk memastikan para pemain selalu menerima gaji tepat waktu dan tidak dipotong. Itu hak dasar setiap pekerja," katanya.

 

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement