Senin 12 Dec 2016 10:15 WIB

Mengenang Dua Tahun Kepergian Pangeran Viking, Ayi Beutik

Rep: Gilang Akbar Prambadi/ Red: Andri Saubani
 Karangan bunga belasungkawa di rumah duka Ayi Beutik di Pasirluyu, Kota Bandung, 9 Agustus 2014. (foto: Septianjar Muharam)
Karangan bunga belasungkawa di rumah duka Ayi Beutik di Pasirluyu, Kota Bandung, 9 Agustus 2014. (foto: Septianjar Muharam)

REPUBLIKA.CO.ID, Dua tahun silam, tepatnya 9 Agustus 2014 publik dikejutkan dengan kepergian panglima Viking, basis dari suporter Persib, Ayi Beutik. Mang Ayi, demikian sosok tangguh itu biasa disapa, mengembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Advent, Bandung dengan mendadak.

Kala itu, kabar meninggalnya Ayi menyebar cepat dengan informasi almarhum mangkat akibat kecelakaan motor. Namun, istri Ayi, Mia Desmwati memberikan konfirmasi bagi sebagian besar masyarakat yang masih terjebak dengan kabar sebab wafatnya sang panglima.

Wanita yang kerap dipanggil Mia Beutik ini mengatakan, Ayi wafat bukan karena kecelakaan motor. Namun, sang suami yang bernama asli Ayi Suparman bin Ohim itu harus menghadap Illahi karena dampak dari hobi melakukan aktivitas olahraga ekstrim. 

“Beliau waktu itu habis motor-motoran, lalu nyetandarin motor (menyimpan motor dalam posisi berdiri). Saat mang Ayi berdiri turun tiba-tiba almarhum langsung jatuh dan lumpuh seketika, hanya kepala yang bisa dikendalikan," kata Mia saat berbincang dengan Republika akhir pekan lalu, di Bandung.

Wanita berhijab ini mengatakan, Ayi memang dikenal senang dengan olahraga ekstrim. Mulai dari motocross, hingga penjat tebing rutin almarhum geluti selama hidupnya. Namun menurutnya, sang suami tercinta kerap kurang memerhatikan unsur keamanan diri setiap melakoni hobinya.

Musabab kepergian almarhum pun kala itu tak lepas dari faktor tersebut. Mia mengatakan, saat itu Ayi didiagnosis mengalami penipisan bantalan tulang belakang. Akibatnya, Ayi mengalami kelumpuhan dan sayangnya sudah terlambat untuk menerima pertolongan.

Kini, dua tahun dari kepergian Ayi, Mia tak lantas menutup diri dengan terluka.  Bermodal rasa rindu dan kekaguman kepada sosok almarhum, Mia aktif meneruskan cita-cita sang suami. Yakni, menjaga keutuhan Viking yang didirikan suaminya 1993 silam.

Dia pun aktif terlibat di lapangan, seakan menggantikan posisi sang suami dalam mengayomi Viking. "Saya memposisikan diri sebagai kakak dan ibu dari para bobotoh, saya ingin membuat Viking makin kreatif," kata ibu dari anak bernama Jayalah Persibku dan Usab Perning (dalam bahasa slang sunda Garut kerap digunakan untuk memanggil 'Persib').

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement