REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON -- Berpakaian merah solid dan formal, Michelle Obama maju ke atas podium. Ia memosisikan diri di tengah-tengah kerumunan perempuan yang sudah berdiri lebih dulu di sana.
Sebuah acara untuk menghargai para konselor sekolah menengah atas, 2017 School Counselor of the Year, digelar pada Jumat (6/1). Michelle menyampaikan pidato terakhir sebagai seorang ibu negara AS di sana.
Acara yang diinisiasi pada 2015 itu menyoroti para konselor sekolah menegah atas atas kemampuan kepemimpinan mereka. Michelle berada di sana sebagai bagian dari programnya 'Reach Higher' untuk mempromosikan pendidikan yang lebih tinggi.
Selama menjadi ibu negara di Gedung Putih, Michelle fokus pada masalah pendidikan, kebugaran, dan keluarga militer. Ia sering menggunakan East Room atau South Lawn untuk bicara soal topik-topik pilihan.
Ia juga sering menggelar acara musik dan teater di Gedung Putih. Murid-murid dari sekolah-sekolah Washington sering ikut tampil meski tak cukup berpengalaman.
Pidato Michelle pada hari itu membuatnya emosional. Tak sedikit ia menitikkan air mata.
Ia memulai dengan pidato dengan permintaan untuk menghargai keberagaman di AS. Ia mengingatkan bahwa semua orang berhak atas Amerika.
"Jangan takut, anak muda. Jangan biarkan ada orang yang memengaruhimu saat berkata AS bukan milikmu," kata Michelle.
Ia menegaskan tradisi dan nilai-nilai Amerika terletak pada keberagamannya, mulai dari ras, agama, warna kulit, asal usul, materi, dan lainnya. Michelle mengatakan keberagaman itu yang membuat Amerika jadi negara terbaik di atas Bumi.
"Dengan pendidikan, semua bisa tercapai, bahkan menjadi seorang presiden," ujar Michelle.
Perbedaan kepercayaan, lanjutnya, juga menjadi salah satu tradisi Amerika yang membanggakan. Orang-orang datang ke AS karena negara ini menawarkan kebebasan beribadah.
Ia meminta orang-orang untuk mempelajari nilai-nilai ini dengan bangga. Michelle mengingatkan bahwa perbedaan-perbedaan ini bukan ancaman, melainkan hal yang membuat AS seperti sekarang ini.
Michelle meminta anak-anak muda untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya agar bisa berpikir kritis atas segala permasalahan.
"Memimpin dengan contoh dan harapan, jangan pernah takut," katanya.
Di akhir-akhir pidato, ia menitikkan air mata sambil berterima kasih pada para pendukungnya. Ia mengatakan menjadi ibu negara adalah penghargaan terbesar dalam hidupnya.
"Saya harap saya membuat Anda bangga," katanya disambut riuhan tepuk tangan.
Meski ini adalah pidato terakhirnya, Michelle berharap bisa terus bersama dan mendukung Amerika di sepanjang sisa hidupnya. Beberapa waktu lalu, Michelle menjadi salah satu suara vokal pendukung kandidat Demokrat, Hillary Clinton.
Ia menyampaikan hal-hal yang mirip dengan pidato pada Jumat meski tanpa menyebut merk. Saat kampanye dahulu, Michelle jelas melawan Trump yang mempertanyakan kewarganegaraan suaminya, dituduh melakukan hal tak layak pada perempuan dan lainnya. Ia juga menyerang Trump yang berkampanye menyebar ketakutan.