Senin 06 Feb 2017 22:13 WIB

Pengukuhan Sang 'Singa tak Terkalahkan'

Rep: Febrian Fachri/ Red: Andri Saubani
Para pemain Kamerun merayakan juara Piala Afrika 2017 setelah mengalahkan Mesir pada partai final, Senin (6/2) dini hari WIB.
Foto: EPA/Gavin Barker
Para pemain Kamerun merayakan juara Piala Afrika 2017 setelah mengalahkan Mesir pada partai final, Senin (6/2) dini hari WIB.

REPUBLIKA.CO.ID, Kamerun berhasil mengakhiri dahaga setelah 15 tahun puasa gelar Piala Afrika. Tim berjuluk 'Singa tak Terkalahkan' (Indomptable Lions) tersebut baru saja mengangkat trofi Piala Afrika ke limanya di stadion d'Angondjé, Libreville, Gabon, Senin (6/2) dini hari WIB. Pada partai final, Kamerin mengalahkan kandidat kuat Mesir dengan  skor 2-1.

Gol Kemenangan kamerun dicetak oleh pemain Olimpique Lyon Nicolas Nkoulou pada menit ke-59 dan pemain Besiktas Vincent Aboubakar. Mesir unggul lebih dulu sejak babak pertama lewat pemain Arsenal Mohamed Elneny.  “Momen yang sangat luar biasa. Kami juara dengan kondisi tim yang belum jadi. Namun dapat menjuarai Piala Afrika dengan mengalahkan tim-tim kuat," kata pelatih Kamerun, Hugo Broos, dikutip dari laman resmi FIFA.

Lima koleksi trofi Piala Afrika menjadikan Kamerun sebagai tim terbanyak kedua setelah Mesir yang sudah tujuh kali menjadi juara. Kebahagiaan menyelimuti negara berbentuk Republik Kesatuan tersebut karena terakhir kali Kamerun menjuarai Piala Afrika pada 2002 silam.

Kamerun sejak dulu memang selalu dinilai sebagai negara yang punya sepak bola kuat. Selain lima kali menjadi juara, mereka juga dua kali mencatatkan diri sebagai runner up. Sebelum 2017, percobaan terakhir Kamerun di final Piala Afrika terjadi pada 2008 lalu.

Ketika itu mereka dikalahkan Mesir dengan skor tipis 1-0. Sejak saat itu, sepak bola Kamerun mengalami kemunduran. Empat edisi gelaran Piala Afrika setelah itu Kamerun  tak pernah lagi masuk ke empat besar. Minimnya pemain bintang dan tak diasuh pelatih yang paham sepak bola kamerun disinyalir sebagai penyebabnya.

Dilatih oleh orang Belgia Hugo Broos sejak 2016 ternyata memberikan perubahan buat Kamerun. Pelatih senior berusia 64 tahun itu cerdik memanfaatkan potensi pemain yang tersedia. Tapi tetap saja perjalanan Kamerun sejak babak penyisihan tidaklah mulus.

Aboubakar dan kawan-kawan ditahan imbang oleh Burkina Faso di partai pertama 1-1. Satu-satunya kemenangan Kamerun di penyisihan grup hanya atas Guinea-Bissau dengan skor 2-1. Di partai terakhir, lagi-lagi Kamerun bermain imbang, kali ini dengan tuan rumah Gabon dengan skor 0-0. Jadinya Kamerun lolos ke perempat final hanya dengan status runner up mendampingi juara grup A Burkina Faso.

Pada laga perempat final, Kamerun juga dinaungi keberuntungan. Kemenangan atas Senegal didapatkan lewat babak tos-tosan. Kamerun melangkah ke semifinal usai menuntaskan perlawanan Senegal dengan skor tipis 5-4.

Mental juara bekas tim yang dibela legenda Barcelona Samuel Eto'o tersebut baru terlihat di semifinal. Broos memompa semangat pasukannya ketika berhadapan dengan tim kuat Afrika lainnya Ghana. Laga ini diselesaikan Kamerun dengan skor 2-0.

Pada partai puncak, l sejak awal banyak yang memprediksi akan sulit buat Kamerun mengalahkan Mesir. Mohamed Salah dan kawan-kawan relatif lebih stabil dibandingkan Kamerun sejak penyisihan grup. Sepanjang permainan di babak pertama di Stadion d'Angondjé, Mesir juga lebih dominan dari segala aspek. Mulai dari penguasaan bola, koleksi peluang dan gol.

Kamerun baru mulai memperlihatkan bahwa mereka juga pantas sebagai juara ketika memanfaatkan rasa percaya diri tinggi Mesir. Mesir terlalu percaya diri dengan keunggulan satu gol. Jadinya tim yang arsiteki pelatih asal Argentina Héctor Cúper tersebut menurunkan tempo permainan.

Upaya tanpa kenal lelah Kamerun tercapai lewat N'Koulou dan Aboubakar yang sejatinya hanya pemain pengganti.  "Ini sangat mengejutkan. Kami juara dengan mengalahkan tim-tim besar. Sekarang saatnya membuktikan diri di ajang yang lebih besar (Piala Konfederasi dan Piala Dunia)," kata bek Kamerun Ambroise Oyongo.

Sahabat Didier Drogba di Montreal Impact tersebut mengatakan, Kamerun kini sudah kembali sebagai ancaman buat tim-tim di turnamen internasional. Menurut dia, 15 tahun adalah penantian yang panjang buat Kamerun membuktikan diri. Ia berharap upaya dirinya dan kawan-kawan turut menginspirasi pesepak bola di negaranya agar bersama-sama menjaga kemajuan sepak bola di negeri Singa Gigih.

Di sisi lain, pelatih timnas Mesir, Héctor Raúl Cúper meminta maaf kepada timnya usai kegagalan memenangkan trofi Piala Afrika 2017. Mesir dikalahkan oleh Kamerun dengan skor 2-1. Pelatih asal Argentina tersebut menyayangkan timnya kalah, padahal di babak pertama lebih dulu unggul dari lawan. "Saya minta maaf kepada semua pemain Mesir. Saya minta maaf kepada masyarakat (Mesir)," kata Cuper, dikutip dari African Football, Senin (6/2).

Secara pribadi, Cuper tak kecewa karena ia melihat Mesir sudah melakukan segalanya demi Piala Afrika 2017. Namun, ia sedih karena gagal memenuhi impian pemain dan penggemar yang sangat ingin mengangkat gelar juara. Terakhir kali Negeri Fir'aun menjadi juara Piala Afrika adalah pada 2010 lalu. "Kami bermain bagus sepanjang turnamen. Tapi gagal di akhir yang harusnya menjadi kebahagiaan buat kami," ujar Cuper.

Pelatih yang pernah menangani Inter Milan, Valencia dan AC Parma itu kemudian mejawab kritik yang menyebutkan dirinya tak fokus mempersiapkan tim. Cuper disebut lebih sering di Eropa dibandingkan di Mesir. Menurut Cuper, dirinya kerap pelesiran ke Benua Biru guna memantau pemain-pemain Mesir yang memang banyak berkarier di liga Eropa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement