Senin 20 Feb 2017 06:26 WIB
Piala FA

Leicester yang Kian Terpuruk

Rep: Agus Raharjo/ Red: Andri Saubani
Striker Leicester City, Jamie Vardy (tengah) bersalaman dengan pemain Millwall seusai laga Piala FA, di stadion Den, Sabtu (18/2). Leicester kalah 0-1 dan tersingkir dari Piala FA.
Foto: AP Photo/Frank Augstein
Striker Leicester City, Jamie Vardy (tengah) bersalaman dengan pemain Millwall seusai laga Piala FA, di stadion Den, Sabtu (18/2). Leicester kalah 0-1 dan tersingkir dari Piala FA.

REPUBLIKA.CO.ID, Juara bertahan Liga Primer Inggris, Leicester City kian terpuruk. Setelah menulis dongeng indah pada musim lalu di Liga Primer, si Rubah gagal mempertahankan gelar itu. Mereka sudah pasti kehilangan gelar dan terpuruk di peringkat bawah Liga Primer. Bukan hanya di kompetisi kasta tertinggi di Inggris, Leicester juga harus kehilangan peluang untuk mendapatkan gelar Piala FA setelah tersingkir dengan dramatis dari tim divisi ketiga Inggris, Millwall FC.

Bertanding di Stadion Den, London, skuat asuhan Claudio Ranieri harus tunduk 1-0 dari Millwall. Padahal, Millwal bermain dengan 10 orang setelah salah satu bek mereka, Jake Cooper mendapat kartu merah pada menit ke-52. Selama sekitar 40 menit, pasukan the Foxes tidak mampu mencetak gol. Mereka justru harus mengubur satu gelar lagi musim ini setelah Shaun Cummings mencetak gol pada menit ke-90.

Leicester mendominasi pertandingan dengan menguasai hampir 60 persen penguasaan bola. Mereka juga terus menggempur pertahanan Millwall. Ranieri menempatkan striker asal Jepang, Shinji Okazaki sebagai ujung tombak. Dia ditopang tiga gelandnag serang yang ikut menggempur pertahanan Millwall.

Beberapa kali peluang emas yang diperoleh Okazaki gagal membuahkan gol. Satu peluang emas yang didapatnya menempatkan dia berhadapan langsung dengan kiper Millawall, Jordan Archer. Namun, lagi-lagi kiper asal Skotlandia berhasil menggagalkan upaya Okazaki.

Dari catatan statistik, Leicester berhasil membukukan sembilan kali tendangan ke arah gawang. Okazaki dan rekan-rekan juga melepaskan delapan percobaan tendangan yang melebar dari sasaran. Kekalahan ini membuat Leicester masih menyisakan satu kesempatan lagi untuk meraih gelar, Liga Champions Eropa.

Namun, butuh keajaiban kedua bagi Leicester untuk terus berlaga di kompetisi Eropa. Pelatih Leicester, Claudio Ranieri mengaku, dirinya hanya puas dengan penampilan pemainnya pada babak pertama. Setelah jeda turun minum, justru Millwall yang sudah kehilangan satu pemain mampu tampil apik dan layak memenangkan pertandingan.

Pelatih asal Italia itu berharap, seluruh pemainnya dapat meniru semangat juang seperti yang ditunjukkan sepuluh pemain Millwall. Mereka bermain dengan karakter kuat, rendah hati dan lebih bersemangat usai kehilangan satu pemain. Ranieri menyebut, 10 pemain Millwall seperti gladiator yang tak menyerah. “Saya butuh tentara, saya butuh gladiator. Millwall dengan 10 pemainnya menunjukkan mereka punya gladiator yang fantastis,” tutur Ranieri dikutip dari laman resmi Leicester, Ahad (19/2).

Pelatih Millwall, Neil Harris mengungkapkan ketidakpercayaannya mampu mengalahkan Leicester dengan 10 pemain. Bagi Millwall, ini adalah momen paling bersejarah untuk mereka karena selain menang dengan 10 pemain, mereka juga masih melanjutkan putaran Piala FA. “Ini adalah momen besar bagi kami, jadi saya memerkirakan melihat lapangan akan dipenuhi pendukung,” ujar dia dikutip dari the Guardian.

Usai laga, seluruh suporter Millwall memang turun ke lapangan pertandingan. Mereka memenuhi lapangan, tempat dihelatnya pertandingan melawan Leicester City yang membuat tim kesayangan mereka lolos ke putaran keempat Piala FA. Di lain pihak kekalahan ini membuat Ranieri dan seluruh pemain Leicester terpukul.

Kini, Ranieri menantang seluruh pemainnya untuk bangkit dari kekalahan dan kehilangan dua gelar musim ini. Semangat seluruh pemain masih dibutuhkan untuk meladeni Sevilla, tengah pekan besok untuk menjaga asa di Liga Champions. Laga leg pertama akan digelar di Stadion Ramon Sanchez Pizjuan, markas Sevilla, Rabu (23/2). Hanya di kompetisi paling berat di Benua Biru inilah, asa the Foxes masih ada.

Ranieri juga harus mengembalikan performa anak asuhnya di Liga Primer. Tren lima pertandingan dengan kekalahan menjadi hasil buruk yang harus dirasakan klub yang bermarkas di Stadion King Power. Kekalahan demi kekalahan ini membuat Leicester terpuruk di peringkat ke-17. Leicester hanya terpaut satu angka dari klub yang bertengger di jurang degradasi, Hull City.

Posisi mereka jelas tak aman. Jadi laga selanjutnya, melawan siapapun, Ranieri menargetkan memenangkan setiap laga.“Sekarang kami harus berjuang di setiap pertandingan,” tegas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement