REPUBLIKA.CO.ID, Pesepak bola milik Al Gharafa SC, Andri Syahputra menolak panggilan seleksi timnas Indonesia U-19. Penolakan tersebut, disampaikan oleh sang ayah, Agus Sudarmanto kepada PSSI pekan lalu. Penolakan itupun berbuntut panjang hingga muncul usulan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) kepada PSSI agar memasukkan nama Andri ke ‘daftar hitam’.
Kepada Republika lewat aplikasi percakapan pesan Sabtu (25/3), Agus menerangkan soal penolakan pemanggilan dari PSSI itu. Menurutnya, pendidikan dan masa depan Andri, menjadi salah satu alasan. Akan tetapi, Agus pun menegaskan, ada yang gagal dipahamai oleh PSSI dan masyarakat di Tanah Air, tentang jalan cerita penolakan tersebut. Berikut petikan wawancaranya.
Apakah benar, Anda menolak permintaan PSSI agar putra Anda, Andri Syahputra tidak mengikuti seleksi timnas Garuda U-19?
Saya tidak pernah clarified (klarifikasi) ke PSSI soal penolakan. Karena urusan ini, sudah di-take over (diambil alih) oleh QFA (Federasi Sepak Bola Qatar) dan club (Al Gharafa SC). Penolakan pasti ada sebabnya.
Apa penjelasan Anda tentang penolakan tersebut?
Saya akan jelaskan. Saya nggak tulis tanggal. (Tapi) awalnya, Farina dan Marco dari PSSI contact (mengontak) saya. Dia (Farina dan Marco) mau kirim surat undangan seleksi (U-19). Sehari setelahnya, surat undangan sampai via email (yang dikirim) ke QFA, klub, dan di cc (kirimkan bersama) ke saya.
Dua minggu (pekan) kemudian saya dan keluarga diundang QFA. Saya disodori draf surat dan disuruh membaca. Isinya panjang. Yang saya ingat underage (Andri masih di bawah umur) dan masih pelajar. QFA bilang surat akan dikirim ke klub. Dari klub dikirim balik ke QFA. Finalnya, QFA akan mengirim surat (tersebut) ke FIFA (Federasi Sepak Bola Dunia). Lalu mengirim surat (tersebut) ke PSSI.
Itu yang disampaikan QFA ke saya. Tapi, kata Hanif Thamrin (surat elektronik) dikirim via orang lain. Siapa orang itu (yang menyampaikan penolakan ke PSSI)
[Agus dalam pembicaraan ini, mengirimkan surat undangan berbahasa Inggris dari PSSI tertanggal 1 Maret. Surat tersebut ditujukan kepada Al Gharafa Soccer Club di Dhoha. Surat yang ditandatangani oleh Sekertaris Jenderal PSSI Ade Wellington tersebut, berisikan kesedian klub tersebut memulangkan Andri Syahputra sementara untuk mengikuti seleksi timnas Indonesia U-19. Dalam surat itu dikatakan agar klub, mengizinkan Andri mengikuti seleksi timnas dari 5 sampai 9 April.
Agus juga mengirimkan gambar hasil pembicaraan via telepon seluler, dari Farina dan Marco yang disebut dari PSSI. Komunikasi antara Farina, Marco dan Agus bertanggal 1 dan 2 Maret. Isinya, hanya sekadar meminta waktu pembicaraan.]
Anda disodorkan draf surat respons QFA kepada PSSI, isinya apakah penolakan pemanggilan tersebut?
Isinya panjang. Yang saya ingat (Andri) underage dan masih pelajar.
Apakah dengan status underage Andri, membuat QFA punya kewenangan 'menahan' pemain Indonesia untuk pulang mengikuti seleksi timnas negaranya sendiri?
Saya nggak tahu soal itu.
Lalu apakah Anda sebagai orang tua Andri, yang melakukan penolakan?
Intinya Andri tidak bisa memenuhi undangan karena pendidikan. Saya nggak mau Andri mau Andri putus sekolahnya. Tahapannya (seleksi timnas) pasti akan seperti seleksi lalu. TC (pemusatan latihan) sampai menjelang championship (kejuaraan). Tidak sebentar bukan? Lalu apa harus memutus sekolahnya.
Saya bilang, tidak memenuhi undangan karena pendidikan. Dan tanpa Aspire Academy (tempat Andri bersekolah saat ini) dan klub, Andri tidak akan jadi pemain bola profesional seperti sekarang ini. Dan Andri tidak pernah masuk SSB (Sekolah Sepak Bola) di klub di Indonesia.
[Dalam pembicaraan kepada Republika ini, Agus juga mengirimkan foto berupa hasil ujian pertengahan semester Andri di Aspire Academy. Andri tercatat sebagai mahasiswa semester pertama dengan kode mahasiswa 1399046, jurusan study sport. Tapi kini, Agus mengatakan, Andri memilih bidang bisnis. Dalam dokumentasi tersebut, Andri mengikuti tujuh mata kuliah dengan nilai rata A+. Agus mengatakan, Andri anak yang pintar. Rajin ibadah dan selalu ikut pengajian saat libur. Sepak bola Andri geluti setiap hari kecuali satu hari libur dalam setiap pekan.]
PSSI masih berharap Andri pulang ke Indonesia dan mengikuti seleksi timnas U-19. Apakah Anda dan keluarga berpikir ulang untuk Andri ikut seleksi. Respons anda?
Apalagi yang harus direspons? Kan sudah clear (jelas), (alasan menolak undangan seleksi) karena pendidikan.
Kemenpora meminta PSSI agar memasukkan nama putra anda ke ‘daftar hitam’ seleksi timnas. Artinya, Andri tidak akan pernah lagi diberikan kesempatan bergabung di timnas Garuda Indonesia jika tetap menolak. Apa tanggapan Anda?
No comment. I Have no idea to give a comment (Tidak ada komentar. Saya tidak punya gagasan untuk memberikan komentar). Saya sebagai orang tuanya tidak bisa memaksa dia harus kemana. Allah sudah menentukan masa depan dan jalan hidupnya.
Masyarakat Indonesia marah terhadap Andri karena penolakan anda. Apa pembelaan anda?
Caci maki orang-orang yang tidak menjaga lisannya, kami ambil pahalanya saja. Sebaris kata yang ditulis dan diucap, akan mereka pertanggungjawabkan di akhirat kelak. Saya mohon kepada Republika, berhati-hati dan jangan memprovokasi.
[Sejak PSSI mengabarkan tentang penolakan Andri, reaksi masyarakat memang beragam. Akan tetapi, melihat yang terjadi di akun Instagram milik Andri, ribuan pengguna jejaring sosial tersebut merundung pesepak bola kelahiran Aceh 17 tahun lalu tersebut. Bahkan, reaksi pengguna Instagram di Indonesia, meminta agar Andri bersama keluarganya, pindah warga negara jika tak mau membela timnas Garuda Indonesia.]
Melihat prestasi Andri bersama Al Gharafa SC dan Liga Qatar, apakah benar penolakan Anda karena pemerintah setempat akan memberikan kewarganegaraan kepada Anda dan putra Anda?
Saya nggak pernah komunikasi tentang WN (pemberian warga negara) Qatar. Dan saya nggak tahu.