Jumat 12 May 2017 20:22 WIB

Hari Ini 20 Tahun Lalu, King Cantona Meninggalkan Sepak Bola (bagian 2)

Rep: Gilang Akbar Prambadi/ Red: Andri Saubani
Eric Cantona (kanan) pada laga Liga Champions melawan Juventus pada 1997.
Foto: EPA/Gerry Penny
Eric Cantona (kanan) pada laga Liga Champions melawan Juventus pada 1997.

REPUBLIKA.CO.ID, Termasuk di dunia sepak bola. Saat itu kondisi sepak bola Inggris tak seperti sekarang. Dulu, seluruh klub dimiliki oleh orang pribumi. Hooligan dimana-mana. Bahkan untuk hal lain seperti perkembangan teknologi konstruksi stadion pun tak Inggris adaptasi. Padahal, negara-negara lain sudah melakukan modernisasi mengingat semakin banyak penonton yang datang ke stadion.

Tak heran stadion-stadion tua ini menyebabkan sejumlah tragedi pada medio 1980-an. Seperti tragedi Bradford dan Hillsborough yang total menewaskan 152 orang.

Termasuk soal komposisi tim, dari 22 pelatih yang terlibat menangani klub-klub di Liga Primer Inggris musim 1992/1993, hanya satu bukan berasal dari Britania. Ia adalah pelatih Wimbledon, Joe Kinnear. Status negaranya pun sebetulnya tidak terlalu jauh-jauh amat dari Inggris Raya. Saat itu, Joe adalah orang Republik Irlandia.

Soal pemain lebih gila lagi. Saat klub-klub Serie A di Italia berjaya dengan kekuatan pemain-pemain impor, di Inggris jutru hanya ada 13 pemain asing yang terdaftar saat itu. Tak heran, kualitas permainan di liga Inggris ini sempat sangat monoton. Kejayaan sepak bola Inggris di Eropa yang pernah harum oleh Liverpool pun mulai luntur. Itu karena sepak bola gaya Britania Raya tak mengalami kemajuan seperti yang dilakukan klub-klub di negara lain.

Di tengah keadaan regres kualitas sepak bola Inggris inilah, Cantona datang. Sebagai seorang Prancis, tidak mudah bagi Cantona diterima oleh sepak bola Inggris. Ia sempat ditolak oleh Liverpool dan Sheffield Wednesday yang kala itu masuk jajaran tim paling berpengaruh di Inggris.

Tentu bukan karena kualitasnya yang buruk. Saat itu, persona yang gencar membawa Cantona untuk diperkenalkan ke klub-klub Inggris adalah Michel Platini. Hal ini sudah cukup menggambarkan siapa sosok Cantona hingga legenda Prancis seperti Platini mau mendampinginya.

Kala itu, Cantona mendapat penolakan karena selain merupakan orang dari luar Britania Raya ia juga punya cap sebagai pemain terpramental. Kepergiannya dari Liga Prancis pun tak lepas dari hukuman dua bulan larangan tampil yang ia dapatkan akibat sanksi dari federasi sepak bola Prancis (FFF).

Hingga kemudian Cantona mendapatkan tempat di Leeds United pada awal tahun 1992 dan langsung membawa klub asal Yorkshire itu jadi juara Liga Inggris. Beberapa bulan kemudian, tepatnya 26 November 1992, Cantona diboyong oleh Sir Alex untuk bergabung dengan MU.

Sejak saat itu, Cantona yang punya gaya permainan gocekan individual, tembakan gledek, plus karisma besar langsung jadi antitesis bagi seluruh lawan United di Inggris. Gaya sepak bola Inggris yang menekankan kick and rush dengan ditopang kekuatan fisik dalam melakukan serangan sporadis mampu United taklukkan bersama Cantona.

Sejarah pun tertuang. Para penguasa Inggris yang menganut gaya permainan lama seperti Liverpool, Leeds, Aston Villa, Notingham Forest dan beberapa lainnya tak sanggup berkibar. Sejak era Liga Primer Inggris musim 1992/1993, sepak bola Britania berubah sepenuhnya di bawah kendali MU dengan Cantona sebagai motornya.

Meski kariernya dibumbui oleh ragam kontroversi (salah satunya aksi legendaris 'Kungfu Kick' 25 Januari 1995), tapi warisan Cantona hingga kini tak pernah luntur. Di Eropa bahkan dunia, sepak bola Inggris kini jadi liga dengan kekuatan yang mayoritas ditopang oleh pemain asing.

Sekali lagi, Cantona memang bukan soal statistik. Torehan golnya selama berpetualang lima tahun di Inggris tak lebih dari 100 gol. Dari 220 laga, cuma 96 gol yang Cantona ukir saat bermain untuk Leeds dan MU. 

Tapi pengaruh Cantona sangat luas hingga kemudian jadi penggerak sepak bola Inggris menuju industri yang sukses luar biasa seperti saat ini. Ada benarnya pemilihan judul dari buku yang disusun oleh penulis Philippe Auclair untuk biografi tentang Cantona. Yakni, The Rebel Who Would Be King. Pemberontak yang Menjadi Seorang Raja.

"Mengapa saya tak melepas Cantona setelah insiden 'Kungfu Kick' yang membuatnya dihukum larangan tampil delapan bulan?. Karena saya tahu, ia akan memberikan momen luar biasa bagi klub," kata Sir Alex tentang King Cantona.

Baca juga, Hari Ini 20 Tahun Lalu, King Cantona Meninggalkan Sepak Bola (bagian 1)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement