Jumat 16 Jun 2017 12:26 WIB

Blokade tak Pengaruhi Pembangunan Stadion di Qatar

Doha, Qatar telah mengembangkan dengan membangun stadion baru, hotel dan pusat hiburan untuk menyelenggarakan Piala Dunia 2022
Foto: Daily Mail
Doha, Qatar telah mengembangkan dengan membangun stadion baru, hotel dan pusat hiburan untuk menyelenggarakan Piala Dunia 2022

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Krisis diplomatik yang membuat Qatar berselisih dengan tetangganya di Teluk memiliki tidak berdampak pada persiapan negara itu menggelar Piala Dunia 2022. 

Pekan lalu, sebuah langkah terkoordinasi dilakukan Bahrain, Mesir, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, yang memutuskan hubungan diplomatik dengan negara kecil tapi kaya di kawasan teluk itu. Empat negara menolak Qatar mengakses wilayah udara mereka dan menutup satu-satunya perbatasan darat dengan Saudi. 

Negara-negara itu sudah lama merasa terganggu dengan kekayaan minyak dan gas Qatar. Termasuk ambisi untuk memainkan peran yang jauh lebih besar di panggung dunia. Pada blokade ini, empat negara itu menuduh Qatar mendanai terorisme di luar negeri.

Tindakan yang menyebabkan sanksi ekonomi dan bepergian ini pun memicu kekhawatiran global mengenai keamanan di Timur Tengah. Kekhawatiran lain yang muncul adalah keberlangsungan proyek pembangunan di Qatar. 

Sekarang ini, tidak ada proyek pembangunan yang lebih besar daripada Piala Dunia 2022 di negara yang secara kontroversial memenangkan hak menjadi tuan rumah pada 2010.

Dengan adanya pembatasan perjalanan udara dan ketiadaan rute darat, banyak pengamat mempertanyakan berapa lama krisis berlanjut hingga mempengaruhi pembangunan stadion baru Qatar, basis pelatihan, dan infrastruktur transportasi. 

Seorang sumber yang dekat dengan panitia penyelenggara Piala Dunia 2022 kepada Press Association Sport, dilansir dari ESPN pada Jumat (16/6), mengatakan persiapan berlangsung seperti biasa. 

Qatar masih melakukan pembangunan stadion. Bahkan, satu dari delapan stadion yang diusulkan untuk menghelat Piala Dunia 2022 baru saja dibuuka. Qatar membangun ulang stadion tersebut, Stadion Khalifa Internasional. "Itu adalah momen yang sangat besar bagi panitia," kata dia. 

Panitia penyelenggara Piala Dunia 2022 di Qatar juga terus mendapatkan pembaruan informasi secara reguler dari semua kontraktor. Para kontraktor ini menyatakan tidak ada dampak dari situasi politik sejauh ini.

"Sejauh yang saya pahami, rantai pasokan kebutuhan pembangunan tidak bermasalah hingga saat ini, kendati para kontraktor tidak memprediksi ada masalah di masa mendatang," kata dia.

Dia juga menerangkan perubahan di Qatar selama lima tahun terakhir sangat luar biasa. "Perluasan bandara, pembangunan metro baru dan jalan bebas hambatan atau pekerjaan di pelabuhan. Semuanya masih berjalan dengan baik," ujar dia.

Ketika krisis mencuat, FIFA mengeluarkan sebuah pernyataan yang menyatakan badan sepak bola dunia itu masih terus melakukan 'kontak reguler' atau komunikasi dengan panitia penyelenggara. 

Presiden FIFA Gianni Infantino juga sempat mengatakan kepada dua surat kabar Swiss akhir pekan lalu bahwa dia tidak yakin penyelnggaraan Piala Dunia terancam karena masih tersisa waktu lima tahun. 

Badan sepak bola dunia juga masih mempertimbangkan usulan Qatar untuk menggelar Piala Dunia hanya di delapan tempat. Awalnya, Qatar memang menjanjikan pembangunan 12 stadium. 

Namun, rencana itu berkurang menyusul persoalan dana dan kekhawatiran biaya perawatan karena ada terlalu banyak stadion di sebuah negara berpenduduk 2,7 juta orang. 

sumber : ESPN FC
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement