REPUBLIKA.CO.ID, NANTES -- Claudio Ranieri resmi menjadi pelatih klub Ligue 1 Prancis, Nantes sejak akhir pekan lalu. Dalam perjalanannnya, Ranieri mendapatkan pekerjaan ini setelah dipecat oleh kontestan Liga Primer Inggris, Leicester City.
Saat dipecat, pelatih berpaspor Italia ini mendapatkan banyak simpati dari dunia sepak bola. Itu tak lepas dari keberhasilannya yang sukses mengantar Kawanan Rubah meraih gelar juara Liga Primer Inggris untuk kali pertama pada musim 2015/2016.
Soal pengalamannya melatih Leicester, Ranieri tak menampik itu merupakan capaian luar biasa baginya. Akan tetapi, pelatih 65 tahun itu berkomitmen untuk melupakan segala hal tentang mantan klubnya.
"Sekarang saya ingin melupakan Leicester. Sebuah pengalaman hebat dengan banyak cinta mengalir lebih banyak ketika saya pergi dibanding saat meraih titel, tapi saya pikir saatnya untuk tidak lagi mengingat Leicester," kata Ranieri dikutip dari Sky Sports, Selasa (27/6).
Ranieri mengatakan, saat ini lembaran baru siap ia jalani kembali di Nantes. Baginya, melatih Nantes bukanlah sebuah kemunduran. Ia memuji Nantes sebagai klub yang memiliki latar belakang sejarah hebat, mengacu kepada delapan trofi juara Liga Prancis yang sudah dimiliki The Canaries.
"Ini akan jadi pengalaman unik. Nantes klub besar dengan banyak fasilitas hebat, jadi ini merupakan pekerjaan yang terhormat," tegasnya.
Ranieri menjalani karier luar biasa bersama Leicester sepanjang musim 2015/2016. Namun kemudian kebersamaan dia dengan Leicester berujung ironi. Usai ditetapkan sebagai pelatih terbaik dunia 2016 versi FIFA, ia didepak oleh Leicester.
Klub yang dimiliki grup taipan Thailand itu kemudian menunjuk asisten Ranieri, Craig Shakespeare. Meski prestasi Leicester tak terangkat signifikan, Shakespeare mendapatkan perpanjangan kontrak.