Senin 31 Jul 2017 09:35 WIB

Ruediger Bicara tentang Rasialisme di Italia

Rep: Frederikus Dominggus/ Red: Andri Saubani
Antonio Ruediger
Foto: EPA/MATTEO BAZZI
Antonio Ruediger

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Bek anyar Chelsea FC, Antonio Ruediger buka-bukaan tentang perilaku rasisme di Italia. Sebelum menjadi anggota the Blues, Ruediger dua musim berkostum AS Roma.

Dalam menjalani profesinya di negeri Spaghetti, ia mengaku sering mendapat penghinaan dari penggemar Serie A, berkaitan dengan warna kulitnya. Tak hanya penonton, sesama pesepak bola pun ada yang belum dewasa.

Dalam sebuah partai derby, Rurdiger sempat mendapat penghinaan dari pemain Lazio, Senad Lulic. Bek Internasional Jerman disebut Lulic sebagai mantan penjual sepatu dan ikat pinggang yang tak tahu tata krama.

Lulic pun hanya dihukum 20 hari oleh FIGC. Karena momennya bertepatan dengan liburan musim dingin, maka penggawa Bosnia-Herzegovina cuma melewatkan satu laga kontra Crotone. "Orang suka mengatakan, tetap tenang, jangan lakukan apa pun. Mudah bagi anda mengatakan hal itu karena anda tidak berkulit hitam. Anda tidak pernah merasakan seperti apa rasanya," ujar Ruediger, seperti dikutip dari Football Italia, Senin (31/7).

Meski demikian, Ruediger menegaskan, tidak semua orang Italia berperilaku rasis. Dalam hal ini, ia hanya menuntut keadilan yang proporsional. Ia berharap FIFA dan FIGC menyasar langsung para pelaku dengan hukuman berat. "Maksud saya, orang-orang yang melakukan itu, perlu dilarang ke stadion, atau didenda," tutur pesepak bola 24 tahun ini.

Kini ia, berbahagia berkostum Chelsea. Ruediger tidak sabar memulai musim baru dengan petualangan lain dari liga yang terkenal memainkan permainan terbuka. "Ada banyak penyerang di Inggris, seperti Jamie Vardie dan Romelu Lukaku, ini adalah sebuah tantangan. Italia lebih taktis, anda tidak memiliki permainan terbuka, dimana kedua tim saling menyerang sepanjang waktu," ujar eks penggawa VfB Stuttgart itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement