REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dirijen Viking Persib Club (VPC) Yana Umar menanti kepastian dari Komisi Disiplin (Komdis) PSSI tentang kemungkinan denda terhadap Panitia Pelaksana (Panpel) Persib akibat koreografi 'Save Rohingya' yang bobotoh buat pada laga Maung Bandung vs Semen Padang, Sabtu (9/9).
"Kita nantikan dulu keputusan (Komdis). Baru sebisa mungkin membantu Persib (bayar denda)," kata Yana, di Stadion Sidolig, Rabu (13/9).
Panpel Maung Bandung terancam denda karena adanya aksi solidaritas kemanusiaan untuk etnis Rohingya. Bobotoh memeragakan koreografi yang ditujukan untuk mendukung etnis Rohingya dengan memajang koreografi bertuliskan 'Save Rohingya' di tribun timur Stadion Jalak.
Bobotoh yang sadar akan ancaman sanksi ini berinisiatif menggelar aksi galang dana untuk membantu meringankan beban manajemen Persib membayar denda.
Jika benar-benar mendapat sanksi, Viking dan komunitas bobotoh lain akan siap patungan untuk bayar denda. Yana ingin aksi kumpulkan koin ini terkoordinasi dengan baik.
Karena selain untuk membantu Panpel membayar denda, Yana menyebut bobotoh juga akan mengalokasikan dana yang terkumpul untuk bantuan kemanusiaan kepada etnis Muslim Rohingya.
"Kalau lebih kami sumbangkan langsung ke Rohingya lewat Rumah Zakat," ujar Yana.
Pemeragaan koreografi Save Rohingya dari bobotoh menjadi viral di sosial media. Karena aksi ini dilakukan secara kejutan. Sebelumnya memang ada isu akan ada pameran koreografi untuk menandakan kembalinya bobotoh ke stadion setelah terkena sanksi larangan menyaksikan Persib di stadion untuk lima laga Liga 1.
Jelang kick-off Persib vs Semen Padang ternyata koreografi yang diperlihatkan untuk pesan simpati terhadap etnis Rohingya yang masih tertindas di Myanmar.
Baca: Panpel Persib Apresiasi Bobotoh Galang Dana Antisipasi Denda