REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelatih tim nasional Indonesia U-19 Indra Sjafri enggan berkomentar lebih jauh terkait pemain naturalisasi. Menurut dia, program naturalisasi pemain sepak bola adalah kebijakan dari federasi, dalam hal ini adalah PSSI. Namun untuk timnas Indonesia U-19, dia menegaskan tidakan mengambil pemain naturalisasi.
"Saya tidak tahu, itu masalah kebijakan tanya federasi. Tapi kalau saya pegang usia muda, di timnas U-19 atau U-16, saya tidak akan menerima pemain naturalisasi, catat itu," kata Indra Sjafri saat di memimpin latihan Garuda Muda, di Bekasi, Jumat (6/10).
Memang, selama ini proses naturalisasi cukup banyak terjadi di Indonesia, khususnya untuk pemain senior. Rata-rata, para pemain yang dinaturalisasi adalah mereka yang memiliki darah Indonesia, atau mereka sudah menetap lama di Tanah Air, seperti Cristian Gonzales.
Mantan juru taktik Bali United tersebut beralasan di Indonesia masih banyak pemain muda berbakat yang bisa menjadi sepak bola hebat. Apalagi, sebagai pelatih usia muda, dia bertugas mencetak individu-individu pemain yang berkualitas. Karena itu, penolakannya terhadap pemain naturalisasi adalah hal yang wajar.
"Memang kita harus bangga, talenta pemain sepak bola kita sangat banyak. Sekarang terbukti menjadi 60 anak terbaik di dunia. Maka, saya harap masyarakat, media untuk menjaga mereka, tidak hanya Egy Maulana," terang Indra Sjafri.
Pemain terakhir yang dinaturalisasi adalah Ezra Walian. Pemain berdarah Manado, Sulawesi Utara, itu sudah bermain dengan tim nasional U-22 Indonesia. Bahkan, pemain berusia 19 itu sudah mencetak gol untuk timnas Indonesia U-22 pada ajang SEA Games 2017 di Kuala Lumpur.