REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Satlak Prima akan terus bekerja melayani dan mendukung atlet Indonesia untuk persiapan menuju Asian Games 2018, kendati pemerintah berencana membubarkan lembaga ini. Pelayanan hingga ada keputusan definitif terkait pembubaran tersebut.
Ketua Satlak Prima Ahmad Soetjipto mengatakan layanan dan dukungan terhadap atlet, khususnya atlet prioritas, itu sesuai dengan perintah dari Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi. Pada Ahad (9/10) malam, Menpora memanggil Sutjipto ke kediamannya.
“Sebelum ada keputusan yang definitive,Menpora memerintahkan kepada Satlak Prima agar terus bekerja sesuai tugas pokoknya, apalagi Asian Games 2018 sudah dekat,” kata dia ketika berbincang dengan Republika, Senin (9/10).
Usai pertemuan tersebut, Sutjipto pun langsung melakukan konsolidasi internal, termasuk memotivasi tim agar tidak gincang. “Saya juga meminta mereka tetap bekerja untuk memberi layanan dan dukungan pada atlet dalam rangkapersiapan Asian Games 2018,” kata dia.
Sebelum bertemu dengan Menpora, Sutjipto mengaku hanya mengetahui bahwa Kemenpora mengambil opsi membubarkan Satlak Prima dari media massa. Pada Jumat (6/10) malam, dia menceritakan, seorang wartawan menanyakan perihal pembubaran tersebut.
Kala itu, dia pun menjawab siap kalau Satlak Prima dibubarkan. Dia menuturkan Satlak Prima adalah program pemerintah yang dibentuk dengan Peraturan Presiden Nomor 15 tahun 2016, yang merupakan revisi dari Peraturan Presiden Nomor 22 tahun 2010.
“Jadi kalau pemerintah menilai program ini sudah tidak diperlukan lagi, sebagai unitpelaksana saya siap,” kata dia.
Namun, dari perbincangan dengan Menpora, Sutjipto menangkap sinyal pembubaran Satlak Prima tidak dilakukan secara mendadak. Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PB PODSI) itu menuturkan ada prosedur yang harus dilakukan kalau memang pemerintah akhirnya membubarkan Satlak Prima.
“Dengan demikian, kami harus mempersiapkan segala sesuatunya, pembubaran ini harus melalui prosedur yang benar,” kata dia.
Persiapan pembubaran ini termasuk laporan pertanggungjawaban. Sutjipto pun memaparkan Satlak Prima harus menjelaskan kinerja selama dua tahun, termasuk menjabarkan dokumentasi yang telah dilakukan. “Apa saja programnya, apa yang sudah dicapai, dan apa yang belum tercapai. Apa kendalanya?,” kata dia.
Satlak Prima juga harus menjelaskan alasan pembubaran. “Jadi bisa menjadi pelajaran orang-orang sesudah kita,” kata dia.
Selain itu, Sutjipto melanjutkan, Satlak Prima juga harus mendata aset pemerintah yang selama ini dipakai dalam menunjang kerja. “Semua itu akan kita invetarisir dan harus dikembalikan secara utuh. Jadi, pada waktunya akan diserahkan semuanya,” kata dia.
Kepada pemerintah, dia juga menyarankan agar program Satlak Prima harus tetap dibubarkan. Setiap cabang olahraga harus menyusun program performa tinggi sendiri, khususnya 23 cabang olahraga prioritas.
Selain itu, dia menambahkan, pemerintah harus segera mengaktifkan Sport Science Center yang akan dipusatkan di Cibubur, Jakarta Timur. Rumah Sakit Olahraga Nasional juga harus bermertamorfosis menjadi Pusat Keunggulan Olahraga Indonesia dengan dasar sport science.
Dia menerangkan Satlak Prima selama ini berusaha mendukung penerapan sport science. “Di setiap negara sukses olahraganya, lembaga pendukung atlet dalam pelatihan modern selalu ada,” kata dia.
Kemenpora mengambil opsi pembubaran Satlak Prima dengan alasan kegagalan SEA Games 2017, di mana Indonesia hanya finis urutan ke-5, serta pemotongan birokrasi dan administratif keuangan peningkatan atlet berprestasi.
Satlak Prima merupakan muara pelatihan atlet nasional, yang disiapkan untuk membawa prestasi Indonesia lebih baik. Namun, sistem birokrasi dan keuangan pemerintah malah tak mendukung keberadaan Satlak Prima sebagai badan peningkatan prestasi olahraga nasional.
Proses pembubaran ini akan difinalisasi pada November mendatang dengan penerbitan aturan baru. Dengan demikian, skema anyar persiapan para atlet dan kebutuhannya untuk gelaran Asian Games 2018 akan mengandalkan peran aktif pengurus induk cabang olahraga (cabor) unggulan proyeksi Asian Games.
Asian Games mendatang akan digelar di Jakarta dan Palembang pada 18 Agustus hingga 2 September 2018. Pemerintah menargetkan posisi 10 besar, dengan raihan medali emas sebanyak 18 sampai 22.