Rabu 11 Oct 2017 04:18 WIB

Sepak Bola, Konflik, dan Semangat Berjuang Timnas Suriah

Warga Suriah ketika menyaksikan laga kualifikasi Piala Dunia 2018 antara Australia dan Syria di Alun-Alun Kota Umayyad di Damaskus, Suriah, Selasa (10/10).
Foto: EPA-EFE/YOUSSEF BADAWI
Warga Suriah ketika menyaksikan laga kualifikasi Piala Dunia 2018 antara Australia dan Syria di Alun-Alun Kota Umayyad di Damaskus, Suriah, Selasa (10/10).

Oleh Anggoro Pramudya

Wartawan Republika

Gejolak konflik yang tengah melanda negara dengan jumlah penduduk sekitar 24 juta ribu jiwa tak berpengaruh pada tekad timnas Suriah untuk berlaga di Piala Dunia 2018 Rusia. Terlepas kegagalan lolos ke Negeri Beruang Merah, penampilan Suriah di babak kualifikasi tetap mendapat atensi luar biasa.

Sebab, siapa yang menduga kalau Suriah bisa berbicara banyak hingga mampu mengajak the Socceroos berjibaku sampai ke titik darah penghabisan. Suriah menerima kekalahan atas Australia 1-2 pada babak play-off Zona Asia, Selasa (10/10).

Kondisi negara mereka yang terbelenggu perang tentu menimbulkan banyak pertanyaan skeptis kepada Osama Omari dan kolega. Situasi kehidupan sosial di Suriah sangat mencekam, orang-orang mungkin menganggap Suriah sebagai negara yang pahit karena konflik tak berkesudahan.

Namun dilansir oleh BBC, sepak bola telah menjadi salah satu elemen penting bagi masyarakat Suriah sehingga baik dalam kondisi apapun, olahraga si kulit bundar tetap berdenyut sebagai komoditas utama hiburan masyarakat Suriah, yang setiap hari disuguhi suara ledakan mortir yang menggema di setiap malam. 

Di sudut-sudut lain kota, kamp-kamp pengungsi diisi ribuan orang tak bersalah yang berusaha hidup dari 'nerakanya' dunia ini. "Secara umum situasi ekonomi di Suriah sudah hancur, dan tentu saja ini juga mencerminkan kondisi olahraga kami," kata Mohannad Ibrahim yang sebelum membela Timnas Suriah juga merasakan getirnya perang di tanah kelahirannya tersebut.

Rasa pesimistis sebagian orang kian mencuat ketika melihat Suriah tidak bisa menggelar pertandingan di negara sendiri saat bertarung melawan Australia di play-off Zona Asia 5 Oktober lalu. 

Alhasil the Qasioun Eagles menggunakan Stadion Hang Jebat, Malaysia untuk menjamu Australia. Meski begitu, Suriah pantang minder dengan lawannya. Tim asuhan Ayman Hakeem berhasil menahan imbang Socceroos dengan skor 1-1 melalui penalti Omar Al Somah.

"Saya berharap bahwa kita dapat membawa sukacita bagi orang-orang kita, yang membutuhkan kegembiraan seperti itu. Saya akan memberikan yang terbaik di pertandingan berikutnya agar bisa menang da semoga bisa lolos ke Piala Dunia. Negeri yang dilanda perang membutuhkannya," kata Al Somah beberapa waktu lalu.

Sayang, mimpi Suriah harus kandas setelah dua gol Tim Cahill pada pertandigan di Alianz Stadium, Selasa (10/10) malam tadi menghancurkan hasrat mereka untuk tampil di ajang terakbar sedunia, Piala Dunia.

Pemain Suriah melakukan selebrasi setelah Omar Al Somah mencetak gol ke gawang Australia, Selasa (10/10). (Sumber: EPA-EFE/DEAN LEWINS AUSTRALIA AND NEW ZEALAND OUT)

Suriah sebenarnya tampil baik di sepanjang laga. Bahkan, mereka mampu unggul lebih dulu melalui Omar Al Somah pada menit ke-6. Petaka hadir setelah di babak tambahan ketika gelandang tengah Mahmoud Al Mawas mendapat kartu merah dan harus bermain dengan sepuluh orang.

"Saya pikir mungkin hasilnya akan berbeda jika kami tetap bermain dengan 11 pemain dan tidak mendapatkan kartu merah," kata Ayman Hakeem usai pertandingan dikutip Reuters, Selasa.

Meski demikian, pelatih 57 tahun tetap bangga dengan perjuangan anak asuhnya selama tampil di babak kualifikasi Piala Dunia 2018. "Saya sangat bangga dengan seluru pemain dengan apa yang telah mereka capai sejauh ini dan itu akan terus berlanjut," kata pria asal Suriah.

Ayman Hakeem bisa dikatakan sebagai orang dibalik layar yang membawa harapan begitu besar Suriah agar timnas mereka bisa tampil di Piala Dunia 2018 Rusia. Entah apa yang mendorong Ayman Hakeem untuk mau menerima tawaran melatih negeri 'panas' tersebut.

Di awal kepelatihannya, Hakeem mengatakan menangani Suriah menjadi hal yang sangat menarik. Hakeem menyadari timnya berasal dari negara konflik. Karena itu, dia pun menyeburtkan bahwa ia sangat sulit untuk bisa mengumpulkan para pemain untuk melakukan pemusatan pelatihan. 

"Kami benar-benar melewati masa sulit," ucap dia.

Ya, memang bukan perkara mudah bagi Hakeem untuk bisa mengumpulkan pemain berbakat di Suriah. Catatan dari Eurosport.com mengatakan semenjak konflik tercatat 40 pesepak bola profesional terbunuh.

Meski demikian hal tersebut tak melunturkan kecintaan Hakeem kepada timnas Suriah. Dia terus berupaya menularkan mimpi yang besar kepada setiap pesepak bola di sana.

Rasa cinta Hakeem pun tak perlu dipertanyakan ketika dirinya tidak menolak saat harus mendapat upah kecil sekitar 100 dollar atau setara dengan Rp 1,3 juta. Dia justru bersemangat agar membawa Suriah berada di level tinggi meski polemik di negara tersebut terus melanda. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement