REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masih terlalu dini untuk menyimpulkan jika Real Madrid sedang mengalami krisis. Dan masih terlalu pagi untuk menyebut Los Merengues terlempar dari persaingan kompetisi La Liga Spanyol 2017/2018.
Namun, lewat sejumlah permainan Madrid di layar televisi tak bisa dimungkiri bahwa pasukan Zinedine Zidane tengah susah payah. Terutama, melewati jalan terjal menuju konsistensi seperti musim lalu.
Rangkaian tur pramusim Madrid terasa baik-baik saja. Uji tanding berjalan dengan lancar dan ditutup dengan mengalahkan Barcelona dua kali di Copa del Rey. Skuat Madrid terlihat begitu antusias bahkan sangat percaya diri dengan pemain bintang yang menjadi tulang punggung klub.
Adapun dari sisi transfer, kerja manajemen Madrid terlihat begitu meyakinkan. Los Blancos memang melepas beberapa pemain di musim panas kemarin. Dan untuk mengisi kepergian tersebut manajemen Madrid menggantikannya dengan sederet pemain muda dengan potensi besar.
Akan tetapi, ketika laga sebenarnya berjalan (kompetisi La Liga), Madrid justru kehilangan pijakan. Inkonsistensi, kata yang musim lalu menjadi sangat haram bagi publik Bernabeu, justru sangat terasa di musim ini. Hasilnya, saat ini Madrid terkunci di posisi tiga klasemen sementara La Liga. Poin yang dikumpulkan adalah 23, terpaut delapan poin dari Barcelona di puncak klasemen.
Dari 11 pertandingan, El Real hanya mencatatkan tujuh kemenangan, dengan dua kali imbang, dan dua kali kalah. Pun demikian yang cukup memprihatinkan adalah Madrid baru mencetak 22 gol dan kebobolan sembilan gol. Di puncak klasemen, Barcelona mencetak 30 gol dan kemasukan empat gol. Di tempat kedua, ada Valencia dengan 30 gol dan 11 kebobolan.
Reputasi Zidane pun kini dipertanyakan dan beberapa kali media Spanyol melaporkan jika pelatih asal Prancis berdarah Aljazair tersebut akan kehilangan kursi di Santiago Bernabeu. Kini publik bertanya mengapa Madrid kehilangan konsistensinya.
Dari lini depan, para penyerang Madrid tengah mandul. Pernyataan ini perlu diberi penegasan bahwa kemandulan penyerang tidak selalu berhubungan dengan jumlah gol yang dibuat oleh sebuah tim. Bisa saja, misalnya seperti ketika mengalahkan Las Palmas, Madrid berhasil mencetak tiga gol, namun tak ada nama striker yang masuk dalam daftar pencetaknya.
Saat ini, lini depan Madrid diisi oleh tiga nama, yaitu Cristiano Ronaldo, Karim Benzema, dan Borja Mayoral. Nama terakhir adalah nama baru setelah di musim panas yang lalu Madrid melego Alvaro Morata yang berhasil mencetak 20 gol dalam satu musim meski menyandang status pemain cadangan ke Chelsea.
Masalah pertama muncul adalah pada penyelesaian peluang. Perlu juga dicatat bahwa selama paruh awal musim, Madrid tak pernah bermasalah dengan urusan penciptaan peluang. Lini kedua dan ketiga masih bisa mengkreasikan peluang untuk para penyerang. Ketika kalah dari Real Betis, ada 27 peluang yang gagal dimaksimalkan para striker El Real. Jumlah yang cukup tinggi tentu saja.