REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Nasib Indra Sjafri sebagai pelatih tim nasional Indonesia U-19 bakal ditentukan pada pekan depan. Komite Eksekutif Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (Exco PSSI) telah mengevaluasi prestasi timnas level madya dan junior.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSSI Ratu Tisha Destria mengatakan, saat ini evaluasi pada tingkat Exco tinggal membutuhkan klarifikasi dari Indra sebagai pelatih. Masih kata Ratu, Exco baru akan memutuskan nasib Indra sebagai pelatih setelah 17 November mendatang.
“PSSI tidak bisa menyimpulkan dari satu pihak,” ujar Ratu saat ditemui di markas PSSI, Jakarta, Sabtu (11/11).
Menurut dia, PSSI tak bisa mengatakan Indra gagal meningkatkan prestasi timnas U-19 sebelum ada penjelasan resmi darinya sebagai pelatih.
Ratu mengatakan, Exco dalam dua hari terakhir sedang dalam masa pertemuan. Dalam pertemuan tersebut salah satu pembahasan memang menyangkut tim kepelatihan skuat timnas muda Garuda. Selain tim kepelatihan Indra, Exco juga membahas tim kepelatihan Fakhri Husaini bersama timnas Garuda U-16.
Ratu menegaskan, soal Indra dalam pertemuan itu hasilnya belum final apakah berujung memutuskan penghentian mantan pelatih Bali United tersebut sebagai pembesut Garuda Muda. Meskipun dalam pertemuan itu, Exco menyoroti prestasi timnas U-19 yang menurun tahun ini. Namun, Ratu menegaskan, PSSI belum pada kesimpulan gagal.
Exco PSSI pada Kamis (9/11) lalu dikabarkan memutuskan untuk menghentikan kontrak kepelatihan Indra di timnas U-19. Exco PSSI menilai Indra gagal memperbaiki prestasi skuat U-19. Kegagalan tersebut tampak dari dua gelaran internasional yang dijalani Egy Maulana Vikri dan kawan-kawan sepanjang 2017.
Pada Piala AFF U-18 2017 di Myanmar, September lalu, Garuda Muda cuma meraih podium ketiga. Padahal, target yang diberikan PSSI mengembalikan gelar juara yang pernah diraih pada Piala AFF 2013 lalu. Kegagalan lainnya adalah saat U-19 tampil tak memuaskan pada kualfikasi Piala Asia U-19 2018 di Korea Selatan (Korsel) baru-baru ini.
Saat gelaran di Korsel, Indonesia cuma meraih peringkat ketiga dengan enam angka. Garuda U-19 cuma mampu menang dua kali. Yakni, saat menang 5-0 dari Brunei Darussalam dan kembali 5-0 saat melawan Timor Leste. Namun, kalah juga dua kali dengan skor 0-4 dari Korsel dan 1-4 dari Malaysia.
Dari hasil tersebut, sebetulnya timnas Garuda tak lolos kualifikasi. Namun, nasib baik sebagai tuan rumah pada putaran final tahun depan, Indonesia tetap berhak ambil bagian dalam gelaran tersebut. Hanya saja, federasi nasional tetap menganggap dua kali kekalahan itu sebagai kegagalan.
Pelatih Indra, lewat pesan singkat kepada Republika pada Jumat (10/11) lalu, menanggapi rumor pemecatannya tersebut. Kata dia, kabar tersebut masih sumir. “Tentang itu (pemecatan) saya belum tahu,” kata dia.
Akan tetapi, Indra mengungkapkan, pembicaraan terakhir antara dirinya dan manajemen menguatkan kembali posisinya sebagai juru taktik Garuda U-19. Indra menceritakan, usai gelaran Piala AFF pada 18 Oktober lalu, dirinya pernah juga dievaluasi oleh kepengurusan federasi.
Kata dia, dalam evaluasi tersebut, ada ketua umum dan wakil ketua umum serta sekjen juga direktur teknik PSSI. Salah satu kesimpulan terakhir dari evaluasi tersebut, kata Indra, PSSI menebalkan kembali masa kontrak kepelatihannya di timnas U-19 selama setahun mendatang.
“Itu komitmen terakhir,” ujar dia. PSSI mengikat kontrak kepelatihan Indra bersama timnas Garuda U-19 sejak Februari 2017. Durasi kontrak pelatih 54 tahun itu berakhir pada Desember tahun ini. Pengakuan Indra tentang PSSI yang memperpanjang kontrak kepalatihannya, berarti dia masih melatih sampai akhir 2018 mendatang.
Meski demikian, pada Selasa (7/11), Ketua Umum PSSI Letnan Jenderal (Letjen) Edy Rahmayadi kepada //Republika// menyampaikan pandangan lain. Kata Edy, PSSI menilai target kepelatihan Indra bersama timnas U-19 gagal. Edy pun mengaku kecewa dengan kegagalan tersebut.
Jenderal bintang tiga itu mengatakan, kekalahan telak U-19 dalam dua laga terakhir saat kualifikasi Piala Asia menjadi puncak kegagalan tersebut. Edy mengakui level timnas U-19 tak sebaik Korsel. Namun, kekalahan dari Malaysia Edy tak terima.
Kata Edy saat itu, Indonesia U-19 punya materi dan kualitas pemain yang lebih baik daripada Harimau Malaya. Namun, menurut dia, kesalahan pelatih menyusun komposisi pemain dan strategi membuat Indonesia kalah telak 1-4 dari Malaysia.
“Total akan kami ubah. Kami ubah siapa yang membuat keputusan dalam tim itu,” ujar Edy, Selasa. Edy yang juga pangkostrad itu menerangkan, pengambil keputusan tentu ada di tangan sang pelatih bersama timnya. Kata dia, pelatih yang harus bertanggung jawab atas kekalahan telak tersebut.
(Tulisan diolah oleh Citra Listya).