Ahad 12 Nov 2017 17:17 WIB

Kecewanya Odemwingie dengan Sepakbola 'Tidak Fair' Indonesia

Pesepak bola Madura United (MU) Peter Ozase Odemwingie (kanan) berusaha melewati hadangan pesepak bola Persela Lamongan, Ahmad Birrul Walidan (kiri) dalam lanjutan laga Liga 1 di Stadion Gelora Ratu Pamelingan (SGRP) Pamekasan, Jawa Timur, Jumat (4/8).
Foto: ANTARA FOTO/Saiful Bahri
Pesepak bola Madura United (MU) Peter Ozase Odemwingie (kanan) berusaha melewati hadangan pesepak bola Persela Lamongan, Ahmad Birrul Walidan (kiri) dalam lanjutan laga Liga 1 di Stadion Gelora Ratu Pamelingan (SGRP) Pamekasan, Jawa Timur, Jumat (4/8).

REPUBLIKA.CO.ID, PAMEKASAN -- Marquee Playar Madura United FC Peter Osaze Odemwingie memilih memutus kontrak dengan klub tersebut dan tidak lagi bermain di Indonesia pasca-insiden di Stadion Gelora Bangkalan (SGB) saat Madura menjamu Bhayangkara FC.

"Hal ini disampaikan langsung kepada saya dan ia merasa sangat berisiko dan khawatir bermain di Indonesia," kata Presiden Klub Madura United FC Achsanul Qosasi dalam keterangan persnya kepada media di Pamekasan, Jatim, Sabtu (11/11)

AQ, sapaan karib Achsanul Qosasi, lebih lanjut menjelaskan, keputusan Peter untuk tidak bermain lagi di Indonesia, karena trauma dengan kejadian di Stadion Gelora Bangkalan, saat klub sepak bola itu, menjamu Bhayangkara FC.'

Peter merasakan atmosfir pertandingan yang tidak fair, serta adanya aksi provokasi dari tim lawan sejak awal pertandingan. Apalagi ditambah dengan keputusan wasit yang selalu merugikan dirinya.

AQ menjelaskan, Madura United sebenarnya mengontrak Peter untuk dua musim, yakni pada musim kompetisi tahun ini dan untuk kompetisi 2018. "Dan Peter bermaksud mengembalikan DP yang telah kami bayar kepada dia, saat merasakan atmosfir pertandingan yang tidak fair di Indonesia, terutama saat Madura United menjamu Bhayangkara FC itu," ujar AQ.

Selain tekanan terhadap pemain, saat laga itu, tim tamu juga terlihat menekan tim Madura United dengan menggerakkan semua personel polisi masuk ke lapangan dengan dalih untuk melakukan pengamanan.

Padahal saat pertandingan antara Madura United FC melawan Bhayangkara FC digelar, laga tanding Madura United FC dengan Bhayangkara FC disanksi oleh PSSI tanpa penonton dan suporter.

Tidak hanya itu, yang paling membuat Peter merasa tidak nyaman bermain di Indonesia adalah saat rombongan petugas memasuki kamar ganti pemain Madura United. Menurutnya itu sudah di luar batas kewajaran di klub sepak bola.

Selain itu, keberadaan anggota polisi dalam jumlah banyak masuk ke Stadion Gelora Bangkalan yang sebelumnya mengaku hendak mengamankan pertandingan, tapi justru menjadi penonton dan suporter tim lawan, dinilai Peter sebagai bentuk pelaksanaan kompetisi di Indonesia yang tidak sehat.

"Kejadian di SGB Bangkalan saat Madura United menjamu Bhayangkara FC dengan tekanan dan intimidasi dari petugas yang luas biasa itulah yang membuat Peter trauma dan dia berpandangan akan terjadi selama seperti itu, karena pelakunya adalah klub sepak bola yang dikelola oleh institusi negara," ujar Achsanul menjelaskan.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement