Selasa 14 Nov 2017 09:23 WIB

Bali United "Juara" Liga 1, Bhayangkara Memang Solid

Rep: Ali Mansur, Febrian Fachri/ Red: Elba Damhuri
Pesepak bola Bhayangkara FC Ilija Spasojevic (ketiga kiri) menggendong I Putu Gede Juni Antara meluapkan kegembiraan usai mencetak gol ketiga ke gawang Madura United FC dalam lanjutan Gojek Traveloka Liga ! di Stadion Gelora Bangkalan, Madura, Jawa Timur, Rabu (8/11) malam.
Foto: Saful Bahri/Antara
Pesepak bola Bhayangkara FC Ilija Spasojevic (ketiga kiri) menggendong I Putu Gede Juni Antara meluapkan kegembiraan usai mencetak gol ketiga ke gawang Madura United FC dalam lanjutan Gojek Traveloka Liga ! di Stadion Gelora Bangkalan, Madura, Jawa Timur, Rabu (8/11) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Gelar juara Liga 1 masih menimbulkan polemik besar. Mayoritas elemen sepak bola nasional setuju bahwa Bali United-lah yang merupakan juara sejati di kompetisi Liga 1. Sekalipun PSSI secara kontroversial menambah dua poin bagi Bhayangkara FC yang membuat mereka unggul di klasemen, hal itu dinilai sebagai skandal besar. Bahkan, laman FIFA sempat menuliskan bahwa juara pemimpin klasemen akhir Liga 1 adalah Bali United.

Pengakuan terhadap gelar Bali United bahkan datang dari bintang Bhayangkara FC, Ilija Spasojevic. Penyerang yang baru mendapat status kewarganegaraan Indonesia ini mengakui pengukuhan juara sejati terhadap Bali United.

"Kalian (Bali United) layak memenangkan hati masyarakat Indonesia. Persaingan yang sangat luar biasa sampai akhir," kata Spaso melalui Instagram-nya, Senin (13/11).

Walau terkesan diuntungkan, pemain yang baru akan memperkuat timnas Indonesia itu menyebut Bhayangkara pantas atas pencapaian gelar mereka musim ini. Ia menyebut, Bhayangkara juga berjuang tak kenal lelah di lapangan.

Kunci kehebatan klub milik institusi Polri itu, kata Spaso, adalah pelatih Simon McMenemy. Pelatih asal Skotlandia tersebut dilihat Spaso berhasil memadukan permainan apik yang merupakan kolaborasi pemain asing, lokal, senior, dan junior.

"Tim ini semuanya bekerja keras. Kalau semuanya mengikuti kompetisi ini sejak awal, pasti mengakui tim kami layak juara. Kami semua mengikuti arahan dari pelatih Simon McMenemy," tulis Spaso.

Penyerang Bali United Irfan Bachdim pun sepaham dengan Spaso. Dia menilai, timnya adalah juara sesungguhnya. "Musim yang indah, kita mungkin tidak mendapat piala, tapi saya percaya bahwa semua orang di Indonesia tahu siapa juara sebenarnya," tulis pemain berposisi gelandang tengah itu, Senin (13/11).

Tidak hanya Bachdim, bahkan induk sepak bola dunia, FIFA, pun sempat memberikan ucapan selamat kepada Bali United, bukan Bhayangkara FC. Itu diketahui dari ebuah akun Twitter bernama @Asean_Football mencicitkan //link// FIFA, yang mengatakan bahwa Liga 1 musim 2017 dimenangkan oleh Bali United. Di klasemen akhir Liga 1 musim 2017, yang dicatat FIFA pun Bali United berada di peringkat atas.

Sebelumnya, Komisi Disiplin (Komdis) PSSI memberi kemenangan kepada Bhayangkara FC atas Mitra Kukar, meski hasil di lapangan berakhir imbang 1-1 Stadion Tenggarong, Jumat (3/11) silam. Hukuman itu karena Mitra Kukar memainkan Mohamed Sissoko yang sedang mendapat larangan bermain. Praktis tambahan tiga poin ketika itu membuat Bhayangkara FC mengambil alih puncak klasemen dan akhirnya mengunci juara liga.

Selain mengakui gelar bagi Bali United, sejumlah pencinta sepak bola nasional menghujat PSSI dan PT Liga Indonesia Baru selaku operator kompetisi. Banyak yang menilai pengurus PSSI tak pantas lagi mengurusi sepak bola Indonesia.

Terkait hal ini, presiden klub Madura United Achsanul Qosasi menyebutkan, ada banyak pelajaran yang dapat diambil semua pegiat sepak bola Indonesia dari perjalanan satu musim Liga 1 2017 yang baru saja selesai. Menurut Achsanul, semua yang terlibat dalam sepak bola nasional, baik itu PSSI, PT Liga Indonesia Baru, dan juga klub-klub peserta harus sama-sama memperbaiki diri agar sepak bola Tanah Air bisa lebih baik untuk ke depan.

"Ini kompetisi pertama setelah PSSI dibekukan, mulai lagi liga yang baru. Jadi, Liga 1 2017 ini kita anggap sekolah yang baik untuk belajar dari kekurangan-kekurangan," kata Achsanul kepada Republika, Senin (13/11).

Satu yang paling diharapkan pria asli Madura itu untuk musim depan adalah perbaikan di tubuh PT Liga Indonesia Baru selaku operator kompetisi. Menurut Achsanul, operator adalah kunci berjalannya kompetisi. Selama musim 2017 ini, Achsanul melihat PT LIB kerap inkonsisten dalam menerapkan aturan.

Aturan yang diberlakukan berubah-ubah dan tidak merata penerapannya ke beberapa klub. Inkonsistensi yang dimaksudkan Achsanul juga soal pemberlakukan sanksi yang sesuai dengan aturan yang ada

(Tulisan diolah oleh Abdullah Sammy).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement