Rabu 15 Nov 2017 06:23 WIB

Segudang Catatan Liga 1 Indonesia

Rep: Frederikus Bata/ Red: Elba Damhuri
Ofisial dan pesepak bola Bhayangkara FC melakukan selebrasi usai mengalahkan Madura United dengan skor 1-3 dalam laga Gojek Traveloka Liga 1 di Stadion Gelora Bangkalan (SGB) Bangkalan, Jawa Timur, Rabu (8/11).
Foto: Saiful Bahri/Antara
Ofisial dan pesepak bola Bhayangkara FC melakukan selebrasi usai mengalahkan Madura United dengan skor 1-3 dalam laga Gojek Traveloka Liga 1 di Stadion Gelora Bangkalan (SGB) Bangkalan, Jawa Timur, Rabu (8/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gelaran kompetisi Liga 1 musim 2017 telah berakhir pada Ahad (12/11) lalu, tetapi masih menyisakan segudang catatan dari insan sepak bola di Tanah Air. Catatan utama masih berkaitan dengan keputusan kontroversial atas hasil laga Bhayangkara FC vs Mitra Kukar pada pekan ke-33 yang sejatinya berakhir 1-1.

Pengamat sepak bola Mohamad Kusnaeni angkat bicara terkait polemik juara Liga 1, Bhayangkara FC. Sosok yang akrab disapa Bung Kus ini menilai kejadian tersebut menjadi bukti adanya masalah manajemen komunikasi dan administrasi kompetisi di Liga 1.

Pasalnya, publik sepak bola di Tanah Air dibuat geger oleh keputusan sepihak Komisi Disiplin Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (Komdis PSSI). Skor imbang 1-1 antara Bhayangkara FC vs Mitra Kukar berubah menjadi 3-0 untuk tuan rumah. Komdis PSSI mengklaim hukuman tersebut dijatuhkan karena laskar Naga Mekes menurunkan pemain yang dilarang tampil, Mohamed Sissoko.

"Apakah benar hukuman yang dijatuhkan oleh komdis sudah didistribusikan dengan segera kepada pihak-pihak yang terkait? Karena itu jatuhnya hukuman dari komdis dengan pelaksanaan pertandingan, mepet waktunya. Jadi, dalam keadaan seperti itu, harus dilakukan komunikasi yang intens, yang segera. Bukan sekadar di-e-mail, tapi dikontak langsung," kata Kusnaeni, Selasa (14/11).

Ia melanjutkan, selain dikontak langsung, seharusnya Komdis PSSI membuat nota larangan bermain untuk pesepak bola yang dituju. Dengan begitu, menjelang laga dimulai, pengawas pertandingan bisa mengetahui dengan akurat.

"Jadi masalah kan? Banyak beredar, nota larangan bermain yang ditujukan bukan kepada Sissoko, tapi kepada Herwin (Tri Saputra) dan pemain Bhayangkara Indrakasi. Jadi, dalam konteks itu, diturunkannya Sissoko masuk akal karena belum ada nota larangan bermain," ujar Kusnaeni.

Selain kelalaian di kubu Komdis PSSI, menurut Kusnaeni, klub juga berkewajiban untuk mengadministrasikan hal-hal detail mengenai persiapan /ine-up pemain. Maka, tanpa menunggu teguran, setiap tim sudah tahu mana pemain yang bisa tampil dan mana yang tidak.

Kusnaeni menambahkan, persoalan dalam sebuah kompetisi pernah terjadi di liga mana pun, termasuk liga sekaliber Seri A Italia. Tim yang dinyatakan bersalah pun dikurangi poin. Dalam kasus ini, analoginya, Mitra Kukar seharusnya mendapatkan pengurangan, bukan menaikkan poin Bhayangkara FC.

Menurut Kusnaeni, dua kejadian tersebut berbeda konteks. Apa yang terjadi di Italia adalah upaya sistematis dan masif yang dilakukan secara terstruktur untuk menggiring hasil akhir kompetisi sesuai dengan keinginan pihak-pihak tertentu.

"Kecuali ada yang bisa membuktikan adanya pengaturan semacam itu. Logikanya, keputusan mengubah hasil akhir pertandingan, otomatis tim yang mendapatkan kemenangan harus mendapatkan tiga poin. Itu clear. Yang agak aneh, ketika dinyatakan walkout (WO). Skornya yang patut dipermasalahkan. Kenapa 0-3, kenapa bukan 0-4? Kan hangus golnya Mitra Kukar," kata Kusnaeni.

Kusnaeni mengatakan, Komdis PSSI seharusnya menilai fakta-fakta persidangan, kemudian mendengar langsung dari kedua belah pihak dan operator liga. Selanjutnya, Komdis PSSI memutuskan hukuman sesuai jenis kesalahan.

Gelar juara Liga 1 2017 akhirnya resmi jatuh ke tangan Bhayangkara FC. Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSSI Ratu Tisha Destria menyatakan, Komite Eksekutif (Exco) PSSI sempat melakukan pertemuan pada Jumat (10/11) atau dua hari sebelum Liga 1 berakhir. Di sela pertemuan tersebut, ada forum bersama antara Exco, manajemen Bhayangkara FC, Mitra Kukar, Bali United, serta PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator Liga 1.

"Dalam forum itu, Mitra Kukar mengaku memainkan pemain yang tidak sah. Itu substansinya," ujar Ratu.

Menurut Ratu, dengan pengakuan dari manajemen si Naga Mekes itu, artinya tim asuhan pelatih Yudi Suryata menerima keputusan dari Komite Disiplin (Komdis) PSSI. Sikap menerima dari Mitra Kukar, lanjut dia, membatalkan rencana banding kesebelasan itu ke Komite Banding (Komding) PSSI.

"Kalau sudah mengakui kesalahan dan menerima, buat apa lagi mereka banding?" kata Ratu.

(Tulisan diolah oleh Citra Listya Rini).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement