Oleh Febrian Fachri
Wartawan Republika
Kompetisi antarklub Indonesia akhirnya selesai untuk periode 2017. Liga 1 dan Liga 2 sudah rampung setelah berjalan selama delapan bulan.
Untuk kasta teratas, klub baru Bhayangkara mengukir rekor sebagai juara untuk pertama kali sepanjang sejarah tim itu berdiri. Liga 2 menobatkan tim lawas Persebaya Surabaya menjadi kampiun.
The Guardian memenangkan persaingan dengan Bali United sampai pekan terakhir yakni dengan keunggulan head-to-head. Keduanya sama-sama mengumpulkan 68 angka dari 34 pekan.
Sementara format untuk Liga 2 berbeda. Tim-tim yang lolos dari babak grup harus melewati play off, delapan besar, semifinal hingga final. Persebaya juara setelah mengalahkan PSMS Medan di partai puncak di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Selasa (28/11) malam WIB dengan skor 3-2.
Hari terakhir pertandingan di Liga 2 ini juga memastikan tiga tim berhak promosi ke Liga 1 musim depan, yakni Persebaya, PSMS dan PSIS Semarang.
Jika membandingkan fase puncak dari Liga 1 dan Liga 2 maka agaknya saya berpikir bahwa kasta kedua lebih fairplay dan menghibur dari kasta tertinggi.
Sedikit menarik ke belakang, tentu kita belum lupa dengan satu pekan jelang Liga 1 selesai. Bali United sebenarnya menjadi unggulan juara. Baik pendukung Serdadu Tridatu maupun suporter klub lain menilai anak-anak asuh pelatih Widodo Cahyono Putro pantas juara melihat catatan kemenangan dan cara bermain Irfan Bachdim dan kawan-kawan di laga-laga terakhir.
Tapi pada akhirnya, Bhayangkara yang dinyatakan lebih berhak juara karena mereka mendapatkan bonus penambahan dua angka dari Komisi Disiplin PSSI. Penyebabnya, Komdis menjatuhkan sanksi terhadap Mitra Kukar.
Lawan yang dihadapi Bhayangkara di pekan ke 33. Kukar dihukum kalah 3-0 karena menurunkan secara ilegal Mohamed Sissoko. Sebenarnya di lapangan skor akhir laga di Stadion Aji Imbut itu adalah 1-1.
Sejak drama penambahan dua poin kepada klub milik korps Kepolisian RI itu Liga 1 menjadi gaduh. Hujatan pun mengguyur Komdis, PT Liga Indonesia Baru dan juga untuk Bhayangkara.
Publik bersatu berpendapat bahwa Bali United adalah juara sejati walau tanpa trofi. Sedikit kalangan yang mengakui trofi juara yang diklaim Evan Dimas dan kawan-kawan. Liga 1 pun banyak disebut sebagai Liga Dagelan, Liga Micin, dan Liga Guyonan.
Sangat disayangkan memang blunder dari Komdis yang menambahkan poin terhadap Bhayangkara FC. Berkaca dari liga luar negeri, harusnya hukuman terhadap tim yang memainkan pemain terkena sanksi hanya dengan pengurangan angka tim pelaku. Bukan menamnbah poin kepada korban.
Nila setitik, rusak susu sebelanga. Begitu peribahasa yang cocok buat Liga 1. Andai tak ada drama penambahan angka kepada Bhayangkara FC, Liga 1 bisa disebut sebagai kompetisi yang berhasil. Karena Liga 1 2017 sangat seru lantaran ada lima tim yang bisa menjaga peluang juara sampai dua pekan terakhir. Selain Bhayangkara dan Bali United ada PSM Makassar, Madura United dan Persipura Jayapura.
Mari beralih ke Liga 2. Kasta kedua ini menyajikan tontonan yang tak kalah seru dari Liga 1. Empat tim yang maju ke semifinal menyajikan laga-laga menghibur. Mereka adalah Persebaya, PSMS, PSIS dan Martapura FC.
Hanya nama terakhir yang disebut sebagai pendatang baru dan tak punya basis suporter yang kuat. Sementara Bajul Ijo, Ayam Kinantan dan Laskar Mahesa Jenar merupakan tim-tim lawas, punya nama besar dan kelompok suporter yang rela datang jauh-jauh dari Surabaya, Medan dan Semarang untuk memeriahkan laga puncak Liga 2.
Nyaris tak ada drama negatif di perebutan gelar juara dan tiket promosi di antara klub-klub Liga 2 ini. Kita mulai dari laga semifinal, big match antara PSMS dan PSIS berlangsung menarik hingga harus diselesaikan lewat perpanjangan waktu dua kali 15 menit.
Pada akhirnya pasukan Djadjang Nurdjaman berhak lolos ke final sekaligus memastikan tiket promosi ke Liga 1 dengan kemenangan 2-0. Di semifinal lainnya, Bajul Ijo dengan tegak kepala maju ke final mengalahkan Martapura FC 3-1.
Laga final antara PSMS dan Persebaya benar-benar menyuguhkan final ideal. Stadion GBLA penuh dengan Bonek Mania pedukung Persebaya serta Kampak FC dan Smeck Hooligan pendukung PSMS.
Aksi saling balas gol pun terjadi selama 120 menit pertandingan. Persebaya unggul lebih dulu di awal laga. PSMS sempat berbalik unggul di 10 menit jelang babak pertama berakhir. Persebaya memaksakan skor 2-2 jelang turun minum. Babak kedua tak ada gol walau kedua tim masih silih berganti melakukan serangan.
Barulah di menit pertama extra time Persebaya mendapatkan gol kemenangan melalui kaki Irfan Jaya. Pemain yang dinobatkan sebagai pemain terbaik Liga 2 2017.
Perebutan juara tiga pun seru karena menjadi wadah banjir gol. Martapura mampu tiga kali unggul atas PSIS. Tapi, sebanyak itu juga PSIS mampu membalas. Anak-anak asuh Subangkit juga meraih kemenangan setelah melewati perpanjangan waktu dua kali 15 menit. PSIS akhirnya menang dengan skor akhir 6-4.
Tak ada yang menyangksikan gelar juara Persebaya. Pelatih dan pemain PSMS dengan sportif mengakui Bajul Ijo pantas juara. Pendukung PSMS pun besar hati melihat timnya gagal angkat trofi.
Mereka tetap menyaksikan prosesi penyerahan gelar juara untuk Persebaya. Selama menonton Smeck Hooligan dan Kampak FC jug menyanyikan yel yel yang bersikan kata-kata Medan dan Surabaya adalah saudara sebangsa Indonesia.
Suporter Persebaya pun meluapkan emosi kemenangan tanpa ada aksi berlebihan. Persebaya tak mau sepert kacang lupa kulit. Anak-anak asuh pelatih Angel Alfredo Vera mengingat bagaimana di awal 2017 tim mereka masih dibekukan oleh PSSI era La Nyalla Matalitti.
Gelar juara Liga 2 ini sepenuhnya didedikasikan Persebaya kepada Bonek Mania yang membuat mereka kembali eksis setelah mendesak PSSI era Edy Rahmayadi di Kongres PSSI di Bandung pada Januari silam.
Tanpa drama, dan tiga tim promosi Liga 2 pun membuat pecinta sepak bola Indonesia antusias dengan Liga 1 musim depan. Persebaya, PSMS dan PSIS merupakan tiga klub besar sejak era Perserikatan.
Selama mengarungi Liga 2, tiga tim ini memang terlihat haus akan eksistensi. Kehadiran ketiganya di Liga 1 2018 menjanjikan kompetisi tahun depan akan sengit. Tiga tim Perserikatan ini kembali dapat menyapa musuh-musuh lama mereka seperti Persija Jakarta, Persib Bandung dan PSM Makassar.
Jangan lupakan juga bahwa ada Arema FC, Sriwijaya FC dan Persipura Jayapura yang merupakan raksasa-raksasa era Divisi Utama sampai Liga Super. Ada juga tim baru yang bisa menggigit seperti Bali United, Madura United dan Bhayangkara FC.
Kita berharap PSSI dan PT LIB belajar banyak dari penyelenggaraan Liga 1 musim lalu. Mereka harus benar-benar paham bahwa kerja mereka akan diapresiasi dengan menyelenggarakan kompetisi yang adil dan sportif.