REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelatih taekwondo Rahmi Kurnia mengatakan, test event Asian Games 2018 digelar untuk melihat kesiapan penyelenggaran bukan untuk target prestasi. Hasil cabang olahraga taekwondo pada ajang resmi Invitation Tournament Asian Games 2018, kata dia, tidak bisa digunakan untuk menyiapkan strategi saat games times nanti.
"Tidak bisa seratus persen untuk strategi pemenangan tetapi ada untuk menambah jam terbang atlet. Apalagi masih ada beberapa atlet yang baru bergabung di Pelatnas," kata Rahmi, Rabu (7/2).
Timnas Taekwondo Indonesia memutuskan untuk menambah sembilan atlet menjelang perhelatan Asian Games 2018. Ada empat atlet putra dan dua putri untuk nomor kyorugi serta dua putra dan satu putri di nomor poomsae.
Saat ini menurut Rahmi peta kekuatan taekwondo hampir merata, terutama di Asia. Karena, tambah Rahmi, baik juara dunia maupun juara Olimpiade sebagai besar dari Asia. Jadi, akan sulit untuk melihat negara mana yang akan menjadi lawan terberat bagi Indonesia di Asian Games nanti.
Peraih medali perak di Olimpiade Barcelona 1992 mengatakan, setelah SEA Games 2017 di Singapura dan Asian Indoor and Martial Arts Games (AIMG) 2017 di Turkmenistan, tim pelatih sudah membuat banyak evaluasi. Kelebihan maupun kekurangan para atlet pun sudah didata.
"Sepulang dari Sea Games dan AIMAG kami buat statistik buat masing-masing atlet baik kelebihan maupun kekurangannya. Selama persiapan Asian Games, atas dasar hasil tersebut yang kami latih kepada atlet menuju Asian Games 2018," katanya.
Pemerintah menargetkan satu emas dari cabang olahraga taekwondo di Asian Games. Tapi, kata Rahmi, Pengurus Besar Taekwondo Indonesa (PB TI) memiliki target tersendiri di ajang olahraga terbesar di Asia tersebut.
"Kami akan berjuang untuk dapat memenuhi target dari PBTI dan pemerintah," kata Rahmi.
Turnamen Invitasi Asian Games 2018