Sabtu 24 Feb 2018 04:22 WIB

Aturan Skor Diubah, Susy: Bulu Tangkis Mau Dibawa ke Mana?

Meski belum diputuskan secara resmi, skor 11x5 kemungkinan disiapkan untuk Olimpiade.

Rep: Fitriyanto/ Red: Ratna Puspita
Susy Susanti
Foto: ANTARA/Rosa Panggabean
Susy Susanti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI Susy Susanti mempertanyakan kemungkinan perubahan sistem skor pertandingan dari rally point 21 menjadi skor 11 poin dengan lima gim. “Kami ingin tahu sebetulnya bulu tangkis mau dibawa ke mana?” kata dia dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Jumat (23/2). 

Perubahan aturan ini diklaim untuk memangkas durasi pertandingan. Namun, Susy juga mempertanyakan alasan ini karena justru membuat arah bulu tangkis semakin tidak konsisten.

Susy mengatakan ketika diterapkan beberapa tahun lalu, sistem 21 poin dianggap berhasil membuat pertandingan berlangsung lebih cepat. “Sekarang dibilang terlalu lama, mau dipotong lagi, mau dibikin seperti apa?" kata peraih medali emas tunggal putri di Olimpiade Barcelona 1992 ini.

Meskipun belum diputuskan secara resmi, skor 11x5 kemungkinan disiapkan untuk Olimpiade 2020 di Tokyo, Jepang. Perubahan dua tahun menjelang pesta multievent terakbar di dunia tersebut bukan waktu yang ideal. 

Susy mengatakan perubahan poin membutuhkan waktu beradaptasi yang tidak sebentar. Perubahan yang sangat mendasar ini tentunya akan mengubah semua aspek dari seorang pemain, mulai dari cara main, pola main, program latihan dan sebagainya. 

"Mungkin yang bikin aturan enak, tetapi yang menjalankannya butuh latihan seperti apa, polanya beda semua,” ujar dia.

Dia pun menceritakan pemain membutuhkan waktu beradaptasi selama empat hingga lima tahun ketika ada perubahan skor pindah bola, yakni poin 15, menjadi rally point, yakni 21 poin. Dia mengatakan pemain tidak akan punya cukup waktu untuk menyesuaikan diri dengan sistem baru. 

Apalagi, menurut dia, penonton sekarang sudah terbiasa dan menikmati permainan dengan sistem skor rally point. “Sekarang saat orang sudah menikmati permainan bulutangkis poin 21, diubah lagi aturannya. Badminton sudah populer, kenapa tidak dipertahankan dulu, kalau ada yang kurang, ditambah, tetapi tidak secara drastis,” kata dia.

Perubahan skor

Dalam sistem skor ini, pemain memenangkan gim setelah mencapai angka 11. Setting atau deuce terjadi pada kedudukan 10-10 dengan angka maksimal setiap game 15 poin. Jadi, jika terjadi angka imbang 14-14 maka kedudukan akhir adalah 15-14 untuk si pemenang. 

Perpindahan sisi lapangan pada game kelima dilakukan ketika seorang pemain mencapai kedudukan angka 6. Pelatih juga diperkenankan untuk berbicara dengan pemain atau sesi coaching maksimal dua kali dalam lima gim tersebut.

Sistem skor 11x5 ini juga masih menerapkan sistem rally point, yakni pemain mendapatkan satu angka ketika bola hasil pukulan lawannya keluar. Susy berpendapat sistem skor 11x5 memang memperpendek durasi permainan.

Namun, dia khawatir penonton tidak bisa menikmati seni dan keindahan permainan bulu tangkis seperti yang terjadi pada sistem skor sebelumnya. “Satu poin kalau out, satu poin kalau fault, jadinya nggak ada permainan, mungkin dalam lima menit sudah selesai,” kata dia. 

Sistem poin ini akan memaksa pemain untuk lebih cepat beradaptasi dengan situasi di lapangan. Susy menerangkan pemain tidak bola membuat kesalahan sendiri, pemain harus cepat panas karena terlambat panas tidak akan bisa memenangkan pertandingan, akurasi pemain juga harus sempurna karena kalau tidak akan gagal mendulang pemain. 

“Pemain yang belum matang pun nggak bisa. Jadinya kita agak susah menikmati permainan badminton, terlalu cepat. Belum lagi nanti servis di-fault, bola out, habis deh, jadi tidak ada seninya,” kata Susy.

Dia menambahkan penonton ingin melihat perjuangan pemain, termasuk upayanya mengejar ketertinggalan poin. “Seperti kemarin Firman (Abdul Kholik) yang ketinggalan 14-20 lalu bisa menang, adu strategi, fisik, keberanian. Nah kalau skor 11 x 5, ya, nggak ada. Nggak ada ceritanya. Main apa? Nggak tahu, tadi mati semua.”

Selain aturan poin, PBSI juga keberatan dengan dua aturan baru yang dikeluarkan oleh BWF lainnya. Pertama, keharusan pemain elite bertanding minimal 12 turnamen dalam setahun.

Kedua, perubahan batas tinggi servis, dari tinggi rusuk terbawah tiap pemain menjadi 115 cm dari permukaan lapangan. PBSI akan mengirim surat serta berdiskusi dengan pihak-pihak terkait, diawali berkoordinasi dengan Konfederasi Bulutangkis Asia (BAC).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement