Senin 12 Mar 2018 12:57 WIB

Kisah Zarco: From Zero to Hero

Pembalap Prancis itu benar-benar memulai karier balapnya dari nol.

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Israr Itah
Johann Zarco
Foto: EPA-EFE/AHMAD YUSNI
Johann Zarco

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Johann Zarco bukanlah Baby Alien seperti Marc Marquez yang karier balapannya sangat mulus dari tahun ke tahun. Marquez tak membutuhkan waktu lama untuk mengantongi lima kali juara dunia. Hal ini berbeda dengan Zarco.

Pembalap Prancis itu benar-benar memulai karier balapnya dari nol. Jatuh bangun dirasakannya berkali-kali. Zarco memulai perjalanannya menjadi pembalap minibike di Italia, kemudian bergabung di Red Bull Rookies Cup pada 2007 hingga menjadi pembalap pendatang baru terbaik di kelas primer MotoGP 2017. Zarco pun berbagi pengalamannya tersebut, dilansir dari Speedweek, Senin (12/3).

Johann, bagaimana awal mula perjalanan Anda menjadi pembalap di Red Bull Rookies-Cups 2007?

Tahun 2007 adalah musim pertama rookie cup. Itu adalah seri balapan fantastis, namun saya tidak dipromosikan lebih lanjut ke kejuaraan dunia Moto3, jadi tidak ada rencana jelas tentang masa depan saya waktu itu. Akhirnya saya ikut serta dalam Kejuaraan CEV 125cc di Spanyol.

Itu momen terbaik karena Red Bull dan KTM mengizinkan saya memasuki kelas 125cc dari sana. Beberapa tahun terakhir, rookie terbaik selalu muncul dari Moto3. Itu balapan sulit, tapi menarik.

Hari ini saya memenangkan kembali Rookie of The Year, dan secara tak sengaja saya kembali terhubung dengan pabrikan KTM (untuk 2019).

Jadi, Anda sempat menganggur setelah memenangkan kejuaraan 2007. Kapan Talmacsi menemukan talenta Anda untuk bergabung di Supermoto?

Ceritanya saya berlatih dengan pelatih saya di Hungaria karena istrinya ada di sana. Di sana, saya bertemu dengan Gabor Talmacsi.

Gabor bilang, "Anda pantas membalap di kejuaraan dunia (MotoGP)." Dia pun mempromosikan saya kepada tim Italia dan rela menggunakan uangnya. Dia bilang, "Ambil Zarco. Dia pembalap bagus."

Bagaimana Anda membiayai semuanya? Tanpa hasil pasti, itu tentunya sulit.

Ya, itu sulit. Pada tahap itu, pelatih saya langsung menjadi manajer saya. Kami akhirnya menemukan sponsor dan membayar jumlah yang disepakati selangkah demi selangkah. Tapi, kejuaraan dunia memang sulit bagi saya sejak awal dan menghabiskan banyak uang.

(Baca juga: KTM Siapkan Empat Motor untuk Zarco)

Pada 2009, saya sering jatuh. Saya bersabar. Pada 2010, saya berhasil menempati posisi lima teratas dari keseluruhan klasemen.

Pernahkah Anda berpikir berhenti membalap?

Saya tidak pernah berpikir untuk berhenti karena pelatih saya selalu bersama saya dan dia percaya pada saya. Saya tidak ingat semua detailnya, tapi saya hanya ingin terus duduk di atas motor. Saya ingin mewujudkan impian saya melaju di Kejuaraan Dunia (MotoGP). Menyerah bukan pilihan saya, tidak akan pernah.

Avant AirAsia Ajo Derbi mengajak Anda bergabung 2011 dan memenangkan kejuaraan sejak saat itu. Mengapa sampai tiga tahun di Moto3?

Saya berada di Moto3 selama tiga tahun. Dua tahun pertama saya gunakan untuk mengenal kategori balapan ini dengan baik. Pada tahun ketiga, saya bersama Aki Ajo menemukan sepeda terbaik di sana, tapi biayanya akan lebih mahal lagi. Kami menerima itu karena untuk pertama kalinya saya bisa menaiki motor kompetitif bersama Derbi.

Pada 2011 Anda masih harus mengeluarkan uang sendiri untuk balapan?

Saya mendapat penalti karena saya turun dari posisi pertama ke posisi enam. Itu terjadi di GP Katalunya.

Itu terjadi karena Anda menyalip Terol secara ilegal dan memperoleh penalti 20 detik dan start dari posisi pertama keenam, begitu?

Ya, saya kehilangan banyak poin di musim 2011. Di Sachsenring, saya melewati garis finis dengan Faubel, tapi saya diputuskan podium kedua, sehingga saya kehilangan lima poin lagi.

Tapi, 2011 adalah musim instruktif. Saya benar-benar bekerja keras memperjuangkan gelar juara dunia habis-habisan, sehingga ini lah yang membantu saya maju ke depan. Saya belajar banyak tentang diri saya, kemudian melompat ke kelas Moto2 bersama tim JiR.

Di Moto2, Anda juga menghabiskan tiga tahun sebelum menjadi jura dunia. Awalnya bersama JiR, kemudian 2013 dengan Ioda, dan 2014 dengan Caterham. Baru pada 2015 dan 2016 Anda mendapatkan motor Kalex. Apakah kesuksesan Anda sekarang karena tim-tim ini?

Mereka semua adalah tim bagus, percayalah. Saya belajar banyak di Moto2, semuanya kembali saya mulai dari awal. Gelar juara tidak jatuh dari langit. Seorang pembalap harus bekerja keras dan terus memperbaiki diri. Anda perlu membangun keterampilan diri. Tahun-tahun saya bersama Montiron dan JiR sangat menarik, sementara musim bersama Ioda memberi saya pengalaman berharga.

Pada akhir musim ketiga saya di Moto2, yaitu 2014, saya telah mencapai hasil terbaik. Dua tahun berikutnya berturut-turut saya menjadi juara dunia bersama Kalex.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement