Rabu 14 Mar 2018 15:46 WIB

PBSI akan Evaluasi Aturan Servis Baru Usai All England

BSI akan minta masukan dari atlet yang berlaga di Jerman Terbuka 2018 dan All England

Rep: Fitriyanto/ Red: Hazliansyah
Susy Susanti
Foto: ANTARA/Rosa Panggabean
Susy Susanti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi Pengurus Besar Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (Kabid Binpres PB. PBSI) Susy Susanti mengatakan akan melakukan evaluasi terkait aturan servis baru yang ditetapkan oleh Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF). PBSI akan meminta masukan dari para atlet yang berlaga di Jerman Terbuka 2018 dan All England 2018.

"Kita akan mendengar masukan dari pemain maupun pelatih, setelah aturan baru servis diterapkan di Jerman Terbuka dan All England 2018. Apa masukan dari pemain dan pelatih tersebut menjadi dasar bagi kita jika nanti ingin menolak aturan servis baru tersebut," ujar Susy Susanti, Selasa (14/3) kemarin.

BWF menetapkan peraturan servis yakni minimal tinggi 115 cm.

Susy mengatakan sejauh ini sudah ada komunikasi dengan negara lain tentang aturan baru ini. Sejumlah negara ada yang merasa keberatan. Tetapi semua masih menunggu hasil evaluasi pelaksanaan All England 2018.

"Seharusnya pemain kita tidak ada masalah dengan aturan ini, karena kita sudah mendatangkan wasit sampai tiga kali di Pelatnas. Tetapi pandangan servis judge kan tidak sama, jadi bisa saja yang semestinya tidak salah namun terlihat fault. Jadi memang perlu ada evaluasi tentang aturan ini," ujarnya.

Jika pemain terlalu banyak mendapat fault saat servis, menurut peraih medali emas olimpiade Barcelona 1992 ini akan mengganggu konsentrasi pemain.

"Oleh sebab itu saya berharap pemain selalu tenang, walaupun mendapat banyak fault, jangan sampai mempengaruhi permainan, walaupun itu memang agak susah," ujarnya.

Sementara untuk rencana aturan skor 11 dengan sistem Best of five, menurut Susy, Indonesia dan hampir semua negara termasuk yang dari Eropa menentangnya.

"Terlalu singkat waktunya untuk menerapkan aturan point 11 di Olimpiade 2020 Tokyo. Ternyata pemain dari Eropa juga banyak yang menentang aturan ini" demikian Susy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement