Senin 19 Mar 2018 07:45 WIB

Komitmen dan Daya Juang Kevin/Marcus Diapresiasi

Kemenangan ganda putra Indonesia ini di All England bukan tanpa hambatan.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Endro Yuwanto
Pasangan ganda putra Indonesia, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo (kanan) di podium juara All England 2018, Ahad (18/3).
Foto: AP Photo/Rui Vieira
Pasangan ganda putra Indonesia, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo (kanan) di podium juara All England 2018, Ahad (18/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelatih Kepala Ganda Putra PBSI Herry IP mengakui permainan pasangan ganda putra Kevin Sanjaya Sukamuljo/ Marcus Fernaldi Gideon dalam partai final turnamen All England, Ahad (18/3) malam terlalu lamban. Tempo ini memang bukan pola permainan Kevin/Marcus, tapi strategi untuk bertahan dalam menghadapi lawan dari Denmark, Boe/Mogensen, yang memang kalah cepat dari pasangan Indonesia.

Strategi lain yang diluncurkan tim Indonesia semalam adalah mencuri kesempatan servis. "Selama di All England, Kevin/Marcus diuntungkan soal servis. Di hari ini (final), servisnya banyak servis drive," ujar Herry dalam siaran pers PBSI yang diterim Republika.co.id, Senin (19/3) pagi.

Indonesia berhasil meraih satu gelar juara dari All England 2018 BWF World Tour Super 1000 lewat Kevin/Marcus. Pasangan ganda putra ranking satu dunia ini mengalahkan musuh bebuyutan di final, Boe/Mogensen dengan skor 21-18, 21-17.

Kemenangan ganda putra Indonesia ini bukan tanpa hambatan. Sebelumnya, Kevin/Marcus mengalami cedera. Menurut Herry, sebenarnya Kevin belum 100 persen pulih. "Sebelum tanding, ia pemanasan dengan tarik karet untuk menjaga tangannya," ujarnya.

Marcus juga ada masalah dengan tangannya. Tapi, Herry mengapresiasi keduanya, karena dengan kondisi apapun, ganda terbaik dunia ini bisa mengatasinya. "Terlepas dari strategi secara teknik, kuatnya komitmen Kevin/Marcuslah yang membawa mereka sampai meraih gelar," jelas Herry.

Dengan jiwa fighter, Kevin/Marcus memiliki komitmen luar biasa dan tidak mau mengalah atau menyerah. Kerja keras serta kepercayaan antarpemain dengan pelatih membuat keduanya semakin sulit terkalahkan sejak China Open 2017.

Tidak kalah penting, kepercayaan diri Kevin/Marcus yang tinggi turut membantu keduanya meraih juara. Menurut Herry, keduanya semakin optimistis dalam berlaga setelah juara All England pada tahun lalu. "All England memang menjadi salah satu ujian buat seorang pebulu tangkis. Kalau dia sudah menjuarai All England, Kejuaraan Dunia, Olimpiade, level dan kepercayaan diri mereka pasti meningkat," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement