REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI) akan melakukan degradasi atlet-atlet utama yang akan mengikuti Asian Games 2018 pada Mei. Degradasi ini sebelum keikutsertaan dalam Kejuaraan Asia di Vietnam pada 24-28 Mei.
"Saat ini atlet-atlet kami ada 22 orang. Kami akan menyeleksi menjadi 18 orang yang terbagi dalam 10 atlet kyorugi (tarung) dan delapan atlet poomsae (kerapian teknik) ," kata Kepala Bidang Pembinaan Prestasi Olahraga Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI) Rahmi Kurnia di Jakarta, Kamis (22/3).
Rahmi mengatakan atlet-atlet yang telah lolos seleksi untuk persiapan Asian Games akan mengikuti pemusatan latihan di Korea Selatan hingga akhir Juli.
"Target utama prestasi atlet-atlet kami tentu pada Asian Games. Tapi, kami berharap para atlet juga dapat tampil maksimal dalam setiap kejuaraan yang mereka ikuti," ujar Rahmi.
Kejuaraan Taekwondo Asia 2018, menurut Rahmi, akan diikuti 40 negara yang juga turun pada Asian Games sehingga menjadi ajang pemantauan kekuatan lawan. PBTI, kata Rahmi, harus memasang strategi dalam Kejuaraan Asia karena sejumlah negara tidak mengikutsertakan atlet-atlet utama mereka dan lebih menurunkan pelapis.
PBTI menargetkan dua medali emas dalam Asian Games 2018 meskipun target yang dipatok Kementerian Pemuda dan Olahraga pada cabang bela diri asal Korea Selatan itu hanya satu medali emas.
"Pada disiplin kyorugi, atlet-atlet kami memang belum punya catatan penampilan. Kami masih optimistis dan berharap mereka dapat masuk putaran final Asian Games," kata Rahmi.
Sementara pada disiplin poomsae, PBTI mengaku punya peluang pada nomor individu putra ataupun individu putri.
Rahmi menambahkan peta kekuatan dan persaingan pada medali cabang taekwondo Asian Games telah merata dan tidak terpusat hanya pada atlet-atlet Korea Selatan.
"Pada kelas 58 kilogram mungkin Korea punya keunggulan. Tapi pada kelas 68 kilogram, atlet-atlet Jordania justru mendominasi. Begitu pula atlet-atlet China yang menguasai kelas 63 kilogram," kata Rahmi.