REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Pembalap sepeda asal Eritrea Metkel Eyob ingin mengulang catatan apiknya di etape kedua Tour de Lombok Mandalika (TdLM) 2018.
Sebelumnya pada etape pertama rute Mandalika-Mataram sejauh 84,4 Km pada Jumat (13/4) kemarin, pembalap dari tim Trengganu Cycling Club Malaysia itu menempati peringkat teratas catatan waktu 1 jam 52 menit dan 14 detik.
Metkel hanya berselisih satu detik dengan pembalap asal Uni Emirat Arab (UEA) dari Tim UEA, Yousif Mohammed Ahmed Mirza Al Hamadi yang finish dengan catatan waktu 1:52:15, dan disusul pembalap Singapura, Choon Huat Goh juga dari tim Trengganu Cycling Club Malaysia dengan waktu 1:52:20.
"Kita berharap etape kedua bisa lebih baik lagi," ujar Metkel sebelum memulai start di Islamic Center NTB, Sabtu (14/4).
Metkel sendiri cukup kaget bisa menjadi yang tercepat mengingat ini pertama kalinya turun bersepeda di Lombok. Metkel mengaku cukup terkejut dengan medan di Lombok yang sangat menantang karena penuh tanjakan dan tikungan tajam.
"Tantangannya cukup sulit karena medan yang tidak mudah," ucap Metkel.
Metkel juga terpukau dengan panorama alam yang ditawarkan. Sepanjang perjalanan dari Pantai Kuta Mandalika hingga Mataram, Metkel disuguhkan pemandangan alam dari Pulau Seribu Masjid yang menurutnya sangat mengagumkan.
"Alamnya Lombok sungguh indah, saya berharap bisa kembali lagi suatu saat nanti," ungkap Metkel.
Metkel dan pembalap lain mulai start pada etape kedua dari Islamic Center NTB di Kota Mataram menuju Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, sekitar 160 Km.
Etape kedua akan melintasi sejumlah destinasi wisata yang ada di Lombok, mulai dari Pantai Senggigi dan kawasan Hutan Pusuk, yang berada di bentangan kaki Gunung Rinjani di sebelah barat.
Dari ketinggian hutan pusuk yang sekitar 831 mdpl, pembalap bisa menikmati panorama alam Lombok yang begitu memanjakan mata, mulai dari pemandangan tiga gili Trawangan, Meno dan Air, tebing yang curam, pegunungan yang menghijau dan juga keindahan pesisir pantai Lombok Utara.
Hutan Pusuk juga dikenal sebagai Hutan Monyet lantaran begitu banyak ditemukan monyet di sepanjang jalan saat melintasi kawasan ini. Para pembalap akan finish di Sembalun yang merupakan sebuah desa di kaki Gunung Rinjani.