REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada ungkapan berseliweran di jagat maya tentang Marc Marquez setelah serentetan kesalahan dan insiden yang dialaminya di GP Argentina. "Marquez mempunyai tong sampah di dalam hatinya."
Ungkapan tersebut berarti pembalap asal Spanyol ini tinggal membuang begitu saja hal-hal yang dapat memengaruhi impiannya menjadi juara dunia MotoGP. Dia cuek ketika netizen dan penggemar di berbagai belahan dunia menghujat sikapnya di Argentina. Dia juga tidak mempermasalahkan start dari posisi empat atas penalti yang diberikan race direction untuknya.
Marquez mengakhiri insiden di Termas de Rio Hondo dengan kemenangan memukau di Texas, Amerika Serikat.
Carlo Pernat mungkin benar. Manajer MotoGP berpengalaman itu sempat mengkritik agresivitas Marquez yang berlebihan. Pernat mengatakan, kontroversi beberapa pekan terakhir dapat memacu semangat dan menjadi pelajaran berharga untuk Marquez atau justru menjatuhkannya.
Juara dunia MotoGP 2017 ini memulai musim 2018 dengan finis kedua di Losail, Qatar, trek yang jelas-jelas tidak disukainya, terpuruk di Argentina, dan kembali naik podium satu di Amerika.
Marquez membuktikan diri sebagai pembalap yang tahan banting, tahan terhadap kontroversi. Hal yang pada masa lalu mungkin membuat pembalap-pembalap sekaliber Sete Gibernau, Max Biaggi, dan Casey Stoner tidak stabil.
Valentino Rossi adalah juara dunia yang memenangkan sembilan gelar. Dia masih yang terhebat sejauh ini. Dia tetap kompetitif, meski sudah 39 tahun dan itu keistimewaannya. Dia tetap bisa bersaing menyerap setiap tetes energi di dunia.
Bagaimana dengan Marquez? Pembalap 25 tahun ini tak ubahnya seperti Muhammad Ali dan Mike Tyson. Dia kecil, tetapi kuat. Dia garang, tetapi tetap menyunggingkan senyum di bibirnya.
Penonton nyaris tak pernah melihat Marquez marah atau ketakutan. Bahkan, ketika 2013 saat kakak kandung Alex Marquez ini membuat kesalahan di Philip Island yang menyebabkannya didiskualifikasi. Itu terjadi karena Marquez tak mematuhi peraturan masuk pit stop satu kali sebelum lap ke-10 untuk ganti motor, sebagaimana yang ditetapkan otoritas MotoGP Australia.
Marquez justru masuk pit stop pada lap ke-11. Meski dihukum dan dihujat, Marquez tetap bergeming.
Ini masih awal musim. Namun, semua orang tampak seperti sedang memukuli Marquez beramai-ramai. Meski demikian, Marquez selalu melesat di tengah lintasan. Dia ibarat bola karet. Siapa pun yang memegang dan melemparkannya, bola karet tersebut akan kembali mengenai si pelempar.
"Dia (Marquez) tuli terhadap kritik. Dengan senyuman tak terhapuskan di wajahnya, dia sama menakutkannya dengan Joker di film Batman," kata Paolo Scalera, jurnalis senior Speedweek.