Jumat 04 May 2018 09:02 WIB

Legenda yang tak Ingin Disebut Pemain Bola

Rukman setia membela Persib dan tak pernah pindah klub hingga gantung sepatu.

Rep: Hartifiany Praisra/ Red: Endro Yuwanto
Legenda Persib era 60an, Rukman di rumahnya, Cipedes, Sukajadi, Kota Bandung.
Foto: Republika/Hartifiany Praisra
Legenda Persib era 60an, Rukman di rumahnya, Cipedes, Sukajadi, Kota Bandung.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Jauh sebelum nama besar seperti Ajat Sudrajat, Robby Darwis, dan Djadjang Nurdjaman mencuat, telah ada nama Rukman Sudjana yang mengabdikan diri untuk membela Persib. Dalam usianya yang ke-81 tahun, ia masih bisa berbicara lancar dan menceritakan masa-masa kejayaannya pada era 1960-an.

Rukman kini menghabiskan masa tuanya di rumahnya di Cipedes Sukajadi, Kota Bandung. Rumahnya berada di lingkungan padat penduduk dan masuk dalam gang.

Rukman masuk tim Persib senior pada 1959 setelah masuk Persib junior dua tahun sebelumnya. Dari tanah Garut, ia memiliki semangat tinggi untuk bermain sepak bola. "Dulu ingetnya ya main bola, enggak ada inget fasilitas atau bonus, yang penting main bola," katanya saat ditemui di rumahnya.

Rukman membandingkan zamannya dan Persib masa kini. Ia masih tak habis pikir mengapa ia bisa bermain bagus. "Sepatu bola dulu enggak kayak sekarang, dulu ada pakunya, pakai bahan kulit, jadi lebih berat, tapi enggak tahu kenapa bisa nendang keras," katanya.

Sang legenda ini memiliki kebiasaan, jika tak sedang bermain bagus, ia akan meminta izin untuk mengganti sepatu. "Itu sugesti saja, tapi manjur. Sama seperti dukungan bobotoh kalau saya mau buat gol, ngalir saja semangatnya ke badan saya dan bener, jadi golnya," katanya mengenang.

Bapak lima orang anak ini apik memajang foto-foto ketika masih aktif bermain bola. Ia menandai wajahnya dalam foto grup agar memudahkan anak cucunya menemukan dirinya.

Rukman memang tidak pernah menyebut diri sebagai pemain bola, apalagi sebagai pemain Persib. Ia ingin orang lain yang mengenalnya.

Ia pun mengenang saat harus dirawat di rumah sakit pada tahun lalu. Ketika mengeluhkan kasur yang keras, pasien di sebelahnya menyindirnya untuk tinggal di hotel saja.

"Tapi pas sakit, banyak yang jenguk, Robby (Darwis), Djadjang (Nurdjaman), Emen (Suwarman), Max Timisela, bobotoh, tahunya pasien sebelah sadar kalau saya Rukman dan ternyata saya idolanya," kata Rukman sambil tertawa.

Rukman setia dengan Persib. Ia tidak pernah pindah klub hingga gantung sepatu pada 1973 silam. Selama itu, ia mengenang masa jayanya bersama Persib. "Dulu kekeluargaannya besar sekali, di mes sudah ditentukan siapa yang azan, siapa yang jadi imam, ngobrol juga pake bahasa Sunda semua," kenangnya.

Ia lantas memberikan rahasia untuk menjalani hidupnya. "Bersyukur, apa saja disyukuri, dulu pada pindah klub karena mereka dapat tawaran tinggi, tapi kariernya ternyata tidak lama, saya tetap, kuncinya bersyukur," katanya menegaskan.

Rukman masih bisa menganalisis permainan Persib saat ini. Ia mengaku rajin mengikuti perkembangan skuat Maung Bandung. Menurut dia, komposisi pemain Persib kini sudah bagus. "Hanya tinggal kepintaran pelatih saja, main lawan Madura gimana, taktik lawan Persebaya gimana," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement