REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peraih medali emas di ajang olahraga internasional dinilai memiliki kehormatan setara kepala negara. Karena, peraih medali emas menjadi salah satu sebab dikibarkannya bendera Merah Putih dan dinyanyikannya lagu Indonesia Raya. Ini sama halnya saat kepala negara mengunjungi sebuah negara.
''Dari sisi kehormatan, keduanya sama karena sama-sama dikibarkan bendera Merah Putih dan dinyanyikan lagu Indonesia Raya. Wakil Presiden saja tidak diperlakukan seperti itu,'' kata Wakil Presiden Jusuf Kalla saat membuka acara diskusi olahraga di Jakarta pada Selasa (15/5).
Wapres juga menyoroti efek pendapatan baik langsung dan tidak langsung dari penyelenggaraan sebuah multieven olahraga. Pendapatan baik langsung maupun tidak pasti akan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Dan, biaya itu pun sebenarnya untuk investasi seperti infrastruktur, jalan, venue dan lain-lain.
Selain itu, menurut Wapres, hal yang lebih penting yakni Indonesia akan lebih dikenal. Karena Asian Games akan disaksikan 4 miliar orang dari seluruh dunia. ''Sehingga, banyak yang mau menjadi sponsor,'' katanya.
Wapres kembali mengingatkan ada tiga target sukses Asian Games. Pertama, sukses penyediaan infrastruktur dan venue. Sukses kedua adalah penyelenggaraan.
"Membutuhkan upaya luar biasa untuk sukses kali ini. Kalau Asian Games 1962 hanya melibatkan atlet dan ofisial sebanyak 3000, sekarang bisa 20.000. Ini enam kali lipatnya,'' katanya. ''Dahulu belum ada televisi, lalu dibentuk TVRI. sekarang TV justru bersaing untuk dapat hak siar.''
Dari semua sukses, menurut Wapres, yang terpenting adalah sukses prestasi. ''Sukses prestasi akan dikenang dalam waktu yang sangat lama. Bagaimana ketika kita sukses menahan Rusia dalam olimpiade 1956. Hal ini masih terus dikenang,'' katanya.
Prestasi Asian Games 1962 dimana Indonesia peringkat dua, menurut Jusuf Kalla, juga masih dikenang. Bahkan, atlet legenda seperti M. Sarengat masih dikenang kejayaannya hingga kini.