Selasa 10 Jul 2018 01:12 WIB

Marcus/Kevin dan Kontroversi 'Jempol ke Bawah'

Bukan mustahil, karakter Kevin akan menjadi bumerang bagi karir bulu tangkisnya

Pasangan ganda putra Indonesia, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo menjuarai turnamen Indonesia Open 2018 Super 1000, Ahad (8/7).
Foto: Humas PBSI
Pasangan ganda putra Indonesia, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo menjuarai turnamen Indonesia Open 2018 Super 1000, Ahad (8/7).

Ditulis oleh Wisnu Budi Waluyo

Penulis merupakan salah satu admin akun bulu tangkis Badmintalk

 

REPUBLIKA.CO.ID, Ganda putra terbaik Indonesia, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo baru saja mengantongi gelar World Tour Super 1000 untuk kali kedua. Di bulan Maret lalu, Marcus/Kevin sukses mempertahankan gelar All England yang kini merupakan satu dari tiga turnamen HSBC BWF World Tour Super 1000. Marcus/Kevin sukses menambah gelarnya di rumah sendiri dalam gelaran Blibli Indonesia Open 2018.

Tampil di kandang, rasanya Marcus/Kevin sudah terbiasa dengan atmosfer Istora Senayan di mana awal tahun ini mereka juga berhasil memenangkan Daihatsu Indonesia Masters 2018 yang merupakan World Tour Super 500. Di Indonesia Open dengan level dan pressure yang lebih tinggi, Marcus/Kevin sukses mempersembahkan titel di hadapan publik sendiri.

Di babak final yang berlangsung pada Ahad (8/7) lalu, Marcus/Kevin menghadapi wakil Jepang, Takuto Inoue/Yuki Kaneko. Laga ini merupakan ulangan babak final Japan Open 2017. Kali ini, Marcus/Kevin kembali menghentikan langkah ganda pelapis Jepang ini dengan skor 21-13, 21-16 dan semakin memperlebar jarak rekor pertemuan menjadi 4-0 untuk Marcus/Kevin.

Jika diamati, gelar Indonesia Open ini tidak dapat dilepaskan dari “kontroversi” yang dilancarkan Marcus/Kevin saat babak perempat final. Menghadapi salah satu musuh beratnya, Mads Conrad-Petersen/Mads Pieler Kolding, Marcus/Kevin menunjukkan sikap yang tidak semestinya ditunjukkan pebulu tangkis kelas dunia.

Sejak awal pertandingan, kedua pasangan sudah bermain dalam tensi yang tinggi. Marcus/Kevin yang kalah di game pertama 20-22 berupaya keras mengejar ketertinggalan di game kedua. Seperti biasa, Kevin dengan gaya khasnya melancarkan segala bentuk psywar dan showboat.

Aroma pertikaian mulai terasa saat kedudukan poin 11-11 di game kedua di mana smash Marcus yang telah mendarat di lapangan dipukul Conrad dan kembali dipukul Kevin. Insiden ini menyulut amarah Kevin dan Conrad yang berlanjut pada adu mulut di antara keduanya.

Marcus/Kevin berhasil merebut game kedua setelah adu setting, 22-20. Game ketiga pun berjalan panas. Drama berlanjut saat Marcus/Kevin unggul 18-14, servis Petersen yang diterima atau dipukul Kevin mengenai raket Conrad dan dinyatakan masuk oleh hakim garis, namun Conrad meminta challenge karena ia merasa bola keluar dan tidak mengenai raketnya.

Marcus/Kevin pun protes ke wasit sementara challenge Conrad tetap dikabulkan. Meskipun challenge gagal karena bola masuk dan poin untuk Marcus/Kevin, namun Kevin tetap tidak terima dan sempat adu argumen dengan Petersen yang tetap yakin bola tidak mengenai raketnya. Alhasil, wasit pun memberikan kartu kuning untuk Kevin.

Merasa dirugikan, Kevin justru mengacungkan jempol ke bawah yang ditujukan ke duo Mads. Tak berhenti di situ, kendati Marcus/Kevin menang, setelah laga berakhir Kevin kembali melayangkan jempol ke bawah ke arah ganda Denmark.

Berbicara mengenai sikap atlet di arena pertandingan, termasuk pebulu tangkis; apa yang dilakukan Kevin tersebut sejatinya tidak mencerminkan attitude seorang atlet yang patut diteladani. Menyikapi aksi Kevin tersebut, selang dua hari setelah pertandingan di babak perempat final, Petersen mengunggah gambar hasil screenshot dari video pertandingan.

Gambar yang menunjukkan Kevin mengacungkan jempol ke bawah itu diunggah di akun Instagram Conrad dengan salah satu kalimat dalam caption-nya yang bertanya, “Apakah ini yang disebut panutan untuk anak muda dan bintang bulu tangkis masa depan?”.

Unggahan Conrad itu pun menuai berbagai komentar pecinta bulu tangkis Tanah Air. Dalam kolom komentar, banyak yang setuju dengan perspektif Petersen, tak sedikit pula yang kontra. Banyak yang mendukung Kevin, tak sedikit pula yang memohon maaf atas sikap Kevin.

Sepertinya Conrad tidak mau terjadi pertikaian lebih lanjut sehingga kini kolom komentar di postingan itu dimatikan. Tak hanya itu, kolom komentar di tiga unggahan lainnya juga dimatikan, yaitu potongan video pertandingan perempat final, foto duo Mads di babak perempat final, dan foto yang memperlihatkan Petersen tengah merangkul Ricky Karanda Suwardi usai laga babak kedua.

Dalam wawancara usai pertandingan melawan Marcus/Kevin, Conrad menyatakan bahwa ia tidak dapat mendengar dan merasakan apa pun di tengah ribuan pendukung Indonesia yang sangat riuh. Ia pun tidak mengerti mengapa pertandingan saat itu harus penuh drama. Meskipun Marcus/Kevin mendapatkan poin pascakejadian itu, Conrad heran mengapa Kevin tetap saja marah.

Terlepas dari segala bentuk drama, Petersen justru mengambil pelajaran bahwa laga perempat final itu merupakan pertandingan level tinggi yang dapat meningkatkan skill-nya. Colding dan Kolding tidak terlalu fokus dengan insiden yang terjadi, sebaliknya mereka justru termotivasi untuk menampilkan performa terbaiknya, termasuk untuk menghadapi Marcus/Kevin.

Tiap kali Marcus/Kevin menghadapi ganda Denmark, pertandingan memang selalu berjalan sengit. Jika sebelumnya aroma “permusuhan” selalu tersaji dalam setiap laga Marcus/Kevin lawan ganda veteran Mathias Boe/Carsten Mogensen, kini sepertinya duo Mads pun akan menjadi “musuh bebuyutan” bagi ganda nomor satu dunia ini. (Baca juga http://badmintalk.com/news/Babak-Baru-Rivalitas-BoeMogensen-dan-MarcusKevin.htm).

Jika saat menghadapi Boe/Mogensen pun Marcus/Kevin sudah melancarkan berbagai macam propaganda di lapangan, maka kini sepertinya duo Mads juga akan mendapatkan treatment yang sama, terlebih jika Kevin melihat dan membaca postingan di akun Instagram Petersen yang menyinggung dirinya, bukan tidak mungkin Kevin semakin panas dan melayangkan segala bentuk provokasi dan showboat di pertemuan-pertemuan selanjutnya.

Marcus/Kevin boleh saja kembali juara. Marcus/Kevin boleh saja kembali menambah gelar bergengsinya. Marcus/Kevin boleh saja semakin kokoh menduduki ranking satu dunia. Namun, titel Indonesia Open tahun ini rasanya sedikit tercoreng dengan insiden yang terjadi di babak perempat final.

Masyarakat Indonesia tentu bangga dengan pencapaian Marcus/Kevin. Namun akan lebih membanggakan jika Marcus/Kevin selalu menunjukkan attitude terbaiknya selama bertanding melawan siapa pun itu.

Tak sedikit pecinta bulu tangkis yang mendukung aksi Kevin dengan dalil ganda Denmark-lah yang terlebih dahulu menyulut emosi. Apa pun yang dilakukan sang lawan, tidak semestinya Kevin membuat suasana semakin panas.

Kevin memang masih muda, emosinya mudah meledak. Meskipun demikian, Kevin harus selalu menjunjung sportivitas dan menghormati lawan. Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) sepertinya harus memberikan peringatan keras kepada Kevin agar tidak mengulangi aksinya tersebut.

Kevin masih akan menghadapi banyak turnamen penting. Jika ia tak dapat memperbaiki sikapnya, bukan hal mustahil karakternya justru akan menjadi bumerang bagi karier bulu tangkisnya.

Perlu diingat bahwa Marcus/Kevin belum menjuarai major event seperti Olimpiade, Kejuaraan Dunia, Asian Games, Thomas Cup, maupun Sudirman Cup. (Baca juga http://badmintalk.com/news/Catatan-Akhir-Tahun-2017-Ajang-Superseries-Bukan-lah-Panggung-Sesungguhnya-bagi-MarcusKevin.html).

Perjalanan mereka masih sangat panjang. Deretan gelar superseries atau World Tour yang sudah ada dalam genggaman seharusnya membuat Marcus/Kevin tetap redah hati. Sekalipun nantinya mereka akan menjuarai kejuaran-kejuaran penting, sudah sepatutnya mereka tetap mengamalkan ilmu padi, semakin berisi semakin merunduk.

Berkaca pada sang senior, Hendra Setiawan tetaplah santun baik di dalam maupun di luar lapangan. Kendati telah mengantongi gelar-gelar bergengsi, Hendra tetap menunjukkan kesahajaannya. Inilah arti dari teladan sesungguhnya yang patut dicontoh Marcus/Kevin; bukan hanya kematangan dalam bermain, namun juga kedewasaan dalam bersikap dan bertindak.

Marcus/Kevin memang tengah dielu-elukan. Marcus/Kevin memang tengah menjadi andalan. Marcus/Kevin memang tengah sering memberikan kebanggaan. Namun, masyarakat Indonesia juga membutuhkan panutan pebulu tangkis yang tidak hanya mempunyai skill dan bakat mumpuni, namun juga sikap dan kepribadian yang membumi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement