REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK UTARA -- Keberhasilan pelari muda, Lalu Muhammad Zohri menjadi juara dunia dalam ajang Kejuaraan Dunia Atletik U-20 yang berlangsung di Tampere, Finlandia, Rabu (11/7), menuai sejumlah apresiasi dari banyak pihak. Tak terkecuali bagi warga Dusun Karang Pangsor, Desa Pemenang Barat, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, NTB.
Kepala Dusun Karang Pangsor Soni Hadi mengatakan, bakat lari Zohri sudah terlihat sejak kecil. Zohri, kata dia, kerap menggangu anjing yang ada di sekitar rumahnya.
Tujuannya hanya satu, agar bisa dikejar oleh sang anjing. Dengan begitu, Zohri akan berlari sekencang-kencangnya.
Selain anjing, lanjut Soni, Zohri juga dikenal sebagai penangkap ayam yang andal. Para tetangga yang mempunyai ayam, kerap meminta bantuan Zohri untuk menangkap ayamnya.
"Kalau mau Lebaran, warga sini minta tolong cari Zohri tangkap ayam karena kencang larinya dan kuat fisiknya, betul ketangkep ayamnya, dia yang tangkap sendirian," ujar Soni kepada Republika di rumah Zohri, Lombok Utara, NTB, Kamis (12/7).
Soni mengatakan, kebiasaan lari cepat Zohri sudah diketahui warga sejak dia SD dan SMP. "Dari kecil memang larinya kencang," lanjutnya.
Meski begitu, Soni dan warga sekitar tidak pernah menyangka kebiasaan lari Zohri mengantarkannya ke pentas dunia. Menariknya, lanjut Soni, Zohri berasal dari keluarga yang tidak mampu.
Soni menceritakan, ayah Zohri yang meninggal pada tahun lalu seorang nelayan dengan penghasilan yang di bawah rata-rata. Ibunya pun sudah lama tiada. Zohri merupakan yatim piatu yang tinggal bersama kakaknya di sebuah rumah berukuran 6x4 dengan kondisi yang sangat memprihatinkan.
Soni menyebutkan, Zohri cukup berbeda dari kebanyakan pemuda di Dusun Karang Pangsor. Hampir 60 persen pemuda di sini bekerja di kawasan tiga gili, Gili Air, Gili Meno, dan Gili Trawangan. Hal ini cukup wajar, mengingat letak Dusun Karang Pangsor berada tepat di pintu masuk Pelabuhan Bangsal yang menjadi pelabuhan penyeberangan menuju kawasan tiga gili.
"Hampir 60 persen remaja di sini kerja di sana Bungalow, hotel, dan macam-macam seperti diving juga," ucap dia.
Sang kakak, Baiq Fazilah (29) dan Lalu Marib (28), juga bekerja di Gili Trawangan. Soni mengatakan, rumah orang tua Zohri jarang ditempati ketiga anaknya tersebut lantaran Zohri tinggal di asrama di Mataram, sedangkan dua kakaknya bekerja di Gili Trawangan.
"Biasanya kakaknya pulang kalau Zohri pulang, kemudian teman-temannya Zohri pada datang kumpul-kumpul," kata Soni menambahkan.
Zohri memang dalah anak kampung yang tinggal Dusun Karang Pangsor, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. Fazilah kakak Lalu Zohri, menyatakan, sampai sekarang, Zohri masih tinggal di sana.
"Iya, sampai sekarang kondisi rumah masih sama," kata Fazilah, ketika dihubungi Antara, Kamis (12/7).
Fazilah mengatakan, rumah yang berlokasi di Desa Pemenang Barat, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara itu selalu ditinggali Zohri ketika kembail ke kampung halamannya. "Kami sudah pernah mengajukan bantuan ke Kepala Desa dulu. Tapi, nama kami tidak pernah keluar," katanya tentang kondisi rumah peninggalan kedua orang tuanya itu.
Meskipun masih menempati rumah itu, anak bungsu dari empat bersaudara itu sesekali juga tinggal bersama saudaranya yang lain. Putra pasangan almarhum Lalu Ahmad Yani dan almarhumah Saeriah itu bercita-cita memperbaiki rumah di kampung halamannya jika telah mencapai kesukesan.
"Belum. Dia akan memperbaiki rumah orang tua setelah benar-benar sukses," kata Fazilah yang menambahkan karakter atlet berusia 18 tahun itu sebagai sosok pendiam.
Zohri, menurut Fazilah, berencana membeli tanah di luar kampungnya di Dusun Karang Pangsor jika sudah mampu. "Kami tidak pernah mengetahui masalah pribadi Lalu. Dia tidak ingin menyusahkan kakak-kakaknya atau keluarganya yang lain. Dia akan berusaha sendiri selama dia mampu," ujar kakak sulung itu.
Sebelum meninggal, ayah Lalu Muhammad Zohri pernah mendoakan agar putranya selalu sukses mencapai cita-citanya. Doa almarhum pun terkabul.