Sabtu 14 Jul 2018 07:19 WIB

Prestasi Indonesia Banyak Dikritik, Ini Jawaban Susy Susanti

Susy Susanti memint warganet bisa lebih bijak dalam mengkritik

Susy Susanti
Foto: ANTARA/Rosa Panggabean
Susy Susanti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI Susy Susanti mengharapkan warganet (netizen) bijak dalam memberikan kritikan. Khususnya pada para pemain sektor tunggal.

"Dengan banyaknya masukan-masukan dari sosial media, cobalah lebih bijak, kasihan mereka, kalau bisa kritikannya yang membangun," kata Susy, Jumat (13/7) kemarin.

Warganet banyak melontarkan kritikan keras pada pemain-pemain Indonesia menyusul rangkaian hasil buruk di beberapa turnamen. Bahkan di Indonesia Terbuka 2018 dan yang terakhir di Thailand Terbuka 2018, di mana wakil-wakil Indonesia terjungkal di putaran pertama atau putaran kedua.

Menurut Susy ada berbagai kendala yang dihadapi oleh para pemain tunggal Indonesia. Mulai dari undian yang tidak beruntung, faktor kepercayaan diri yang semuanya bertalian dengan tingkat kematangan yang belum pada puncaknya.

Seperti dalam turnamen Indonesia Terbuka 2018. Pemain-pemain Indonesia, khususnya pemain nomor tunggal putra Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting harus bertemu pemain top dunia seperti Kento Momota (Jepang) dan Viktor Axelsen (Denmark) di putaran pertama di mana para pemain tersebut keluar sebagai juara dan finalis.

Faktor kepercayaan diri juga menjadi masalah. Khususnya pada tunggal putri seperti Fitriani di mana yang terakhir tersingkir pada putaran pertama Thailand Terbuka 2018 oleh Goh Jin Wei (Malaysia) 12-21, 9-21.

"Kita harus tahu untuk membentuk pemain itu tidak gampang dan membutuhkan proses. Mungkin ada pemain yang cepat mencapai tingkat kematangan seperti Mia Audina, saya dan Ardi B Wiranata, namun ada yang lambat juga seperti Joko Supriyanto, Hendrawan yang matang ketika usia 27-28 tahun," kata Susy.

Intinya, pihak PBSI, ujar dia, selalu mengevaluasi penampilan setiap atlet yang berlaga seperti apa penampilannya dan kalah karena faktor apa.

"Karenanya harus bijak, kalau secara permainan harapan kami minimal mereka bisa mengimbangi, namun memang sekarang belum. Ya itu berkaitan dengan kematangan dan keyakinannya," tutur Susy.

Proses yang panjang itu, dia mencontohkan negara Jepang yang kini mulai memasuki era keemasan bulu tangkis lagi usai vakum prestasi sekitar 50 tahun dari era 60-an.

"Dan saat ini baru terlihat hasilnya mereka. Ya kita berharap Indonesia tidak sampai vakum selama itu ya, kami harapkan tiga hingga empat tahun ke depan lah untuk tunggal. Tunggal putra bisa lebih cepat, kita berharap pada olimpiade paling tidak sejajar," ujar dia.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement