Kamis 19 Jul 2018 11:03 WIB

Dua Hal yang Disorot Media Asing Soal Asian Games

Polusi udara dan kemacetan menjadi kekhawatiran dalam Asian Games 2018

Rep: Sri Handayani/ Red: Esthi Maharani
Polusi udara kota DKI Jakarta.
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Polusi udara kota DKI Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kantor berita Inggris Reuters menyoroti dua kekhawatiran terhadap Indonesia jelang penyelenggaraan Asian Games yang berlangsung 18 Agustus hingga 3 September 2018. Pertama, terkait upaya Pemerintah Indonesia mengatasi polusi udara menjelang Asian Games 2018.

Dalam laporannya, media tersebut menuliskan adanya kekhawatiran akan terjadi pencemaran udara di dua kota penyelenggara Asian Games 2018, yaitu Jakarta dan Palembang. Kekhawatiran itu muncul akibat maraknya udara tidak sehat di Ibu Kota Jakarta. Sementara Palembang memiliki ancaman polisi udara yang tak kalah besar dengan Jakarta yakni kebakaran hutan dan lahan.

“Sumber pencemar utama di Jakarta kebanyakan adalah lalu lintas dan industri, sedangkan di Palembang, terutama dari pembakaran lahan gambut,” kata Hsiang-He Lee dari Aliansi Penelitian dan Teknologi Singapura-MIT.

Kedua, Reuters menuliskan kemacetan lalu lintas di Indonesia termasuk yang terburuk di dunia. Meski pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas udara, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan kualitas udara di kota berpenduduk 10 juta jiwa tersebut tidak aman.

Asian Games 2018 ditargetkan akan menarik hampir 17 ribu atlet dan ofisial, serta lebih dari 100 ribu penonton. Tak pelak panitia penyelenggara Asian Games (Inasgoc) bekerja keras dengan para pejabat kota untuk mengatasi polusi.

"Diharapkan bahwa akan ada kualitas udara yang lebih baik di tempat pertandingan kompetisi Asia," tulis Reuters, Kamis (19/7) mengutip pernyataan penyelenggara pada Selasa (17/7).

Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mempertimbangkan beberapa aturan, termasuk perluasan aturan ganjil-genap untuk mobil pribadi, pengaturan jalur khusus untuk acara olahraga, dan pembuatan taman-taman. Cara ini disebut mengadopsi langkah-langkah yang  pernah dilakukan kota-kota besar Asia, yakni Beijing. Pada saat penyelenggaraan Olimpiade 2008, Pemerintah Beijing melakukan pembatasan lalu lintas dan menutup pabrik untuk meningkatkan kualitas udara.

Mengutip pernyataan Ahli Kesehatan Lingkungan Universitas Indonesia Budi Haryanto, Reuters melaporkan bahwa skor rata-rata Jakarta pada Indeks Kualitas Udara (AQI) telah melampaui 100 dalam sepekan terakhir. Bahkan, pada Selasa (17/7) pukul 11.00 WIB, Indeks Real-Time AQI menunjukkan kualitas udara di Jakarta berada pada kisaran “tidak sehat” di angka 171.

Haryanto menekankan pentingnya kualitas udara yang baik agar para atlet dapat menunjukkan performa maksimal selama perlombaan. Ia menyebut di atas udara apabila AQI menunjukkan angka kurang dari 50. Selain mempengaruhi performa pemain, kualitas udara yang buruk juga berpengaruh terhadap kesehatan paru-paru penyakit kardiovaskular dan kanker.

Pekan lalu, Ketua Panitia Penyelenggara Asian Games 2018 (Inasgoc), Erick Thohir mengatakan kepada wartawan bahwa dirinya memahami kekhawatiran atas kabut asap tersebut. Namun, ia percaya upaya untuk mengendalikan kebakaran terbukti berhasil.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement