Selasa 24 Jul 2018 20:55 WIB

Menhub Harapkan Ojol tak Demo Saat Asian Games 2018

Salah satu kelompok pengemudi ojek daring merencanakan aksi demo saat Asian Games.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Endro Yuwanto
Perwakilan dari pengemudi ojek online melakukan audiensi dengan Komisi V DPR, Senin (23/4). Audiensi dilakukan di tengah unjuk rasa para pengemudi ojek online di Jakarta maupun dari berbagai daerah pada Senin hari ini di kawasan Senayan dan depan Gedung DPR.
Foto: Republika/Fauziah Mursid
Perwakilan dari pengemudi ojek online melakukan audiensi dengan Komisi V DPR, Senin (23/4). Audiensi dilakukan di tengah unjuk rasa para pengemudi ojek online di Jakarta maupun dari berbagai daerah pada Senin hari ini di kawasan Senayan dan depan Gedung DPR.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengharapkan tidak ada aksi demo saat gelaran Asian Games 2018 berlangsung di Jakarta dan Palembang. Budi mengharapkan ojek online/daring (ojol) pun bisa menyukseskan ajang internasional tersebut.

"Mudah-mudahan saudara kita itu (ojek daring) juga melihat Asian Games suatu event akbar untuk kebanggaan bangsa," kata Budi di Gedung DPR, Selasa (24/7).

Untuk itu, Budi menyarankan para pengemudi ojek daring tidak melakukan asksi demo baik di Jakarta atau Palembang. Ia memastikan saat ini diskusi dengan para pengemudi dan pihak terkait masih terus dilakukan.

Salah satu kelompok pengemudi ojek daring yang merencanakan aksi demo saat Asian Games 2018 berlangsung yaitu Gerakan Aksi Roda Dua (Garda). Kelompok pengemudi ojek daring tersebut menuntut tarif bisa kembali seperti saat awal berdiri sekitar Rp 3.000 sampai Rp 4.000 per kilometer.

Presidium Garda Igun Wicaksono mengatakan, pihaknya menuntut perusahaan aplikasi seperti Grab yang juga menjadi sponsor Asian Games 2018 mengembalikan ketentuan tarif tersebut. "Kembalikan tarif ojek online seperti tahun 2012 sampai 2015 di angka Rp 3.000 sampai dengan Rp 4.000 per kilometer," kata Igun kepada Republika.co.id, Selasa (24/7).

Igun menegaskan Garda tidak meminta adanya kenaikan pendapatan namun dikembalikannya tarif seperti saat perusahaan aplikator melakukan ekspansi secara masif di Indonesia. Sebab menurut Igun tarif saat ini terus diturunkan oleh perusahaan aplikasi dengan titik terendah Rp 1.200 sampai Rp 1.600 per kilometer.  "Saat harga bahan bakar non-subsidi dan kebutuhan hidup naik, ini pihak perusahaan aplikasi malah menurunkan terus tarif ojek online," keluh dia.

Igun menilai hal itu merupakan bentuk arogansi bisnis perusahaan aplikator karena pada 5 Januari 2017 aliansi pengemudi ojek daring menurutnya juga melakukan aksi ke kantor aplikator. Hanya saja, ratusan pengemudi ojek daring diputus mitra kerjanya secara sepihak oleh perusahaan aplikator karena dituduh menjadi provokator.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement