Selasa 14 Aug 2018 22:28 WIB

FIFA Ancam Skorsing Federasi Sepak Bola Nigeria dan Ghana

FIFA memberikan peringatan terakhir kepada kedua negara tersebut, Selasa (14/8).

Logo FIFA
Foto: AP
Logo FIFA

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Nigeria dan Ghana terancam skorsing FIFA pada bulan ini karena intervensi politik terhadap asosiasi sepak bola mereka. FIFA memberikan peringatan terakhir kepada kedua negara tersebut, Selasa (14/8).

FIFA mengatakan Federasi Sepak Bola Nigeria (NFF) harus dipimpin oleh presiden terpilihnya, Amaju Melvin Pinnick. Amaju terpilih melalui pemungutan suara pada 2014. Namun, ia tidak dapat bertugas karena intervensi pemerintah.

"Biro Dewan FIFA memutuskan bahwa jika pada Senin, 20 Agustus 2018, pukul 12.00 (Waktu Eropa Tengah), kantor-kantor Federasi Sepak Bola Nigeria tidak diserahkan kepada komite eksekutif NFF yang sah di bawah Presiden Amaju Melvin Pinnick...NFF akan diskors dengan dampak yang berlaku secepatnya," kata FIFA dalam pernyataannya.

FIFA menegaskan, skorsing hanya akan dicabut saat Amaju dan Sekretaris Jenderal Mohammed Sanusi mengonfirmasi telah mendapatkan kembali kendali yang efektif terhadap NFF dan kantor-kantornya. FIFA mengatakan skorsing apapun tidak akan berdampak kepada tim Nigeria yang saat ini sedang mengikuti Piala Dunia U-20 putri di Prancis. Sebab turnamen itu telah berlangung. 

Ghana juga akan terkena skorsing pada bulan ini jika perintah untuk melikuidasi federasi sepak bolanya, GFA, oleh pemerintah tidak dicabut. Biro Dewan FIFA mempertimbangkan bahwa petisi yang diajukan oleh Jaksa Umum Pengadilan Tinggi untuk memulai proses likuidasi terhadap konstitusi GFA bertentangan dengan pasal 14 ayat 1, dan pasal 19 ayat 1 pada Statuta FIFA.

"Di bawah situasi ini, Biro memutuskan bahwa jika petisi untuk memulai proses likuidasi GFA tidak dicabut pada Senin 27 Agustus 2018 pukul 12.00 Waktu Eropa Tengah, GFA akan diskors dengan dampak secepatnya. Skorsing hanya akan dicabut saat petisi yang disebut di atas dibatalkan dan FIFA mendapatkan bukti tertulis."

 

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement