REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- PT Liga Indonesia Baru (LIB) sebagai operator Liga 1 merencanakan pelarangan penggunaan pemain asing pada posisi lini depan. Hal ini dilakukan agar timnas Indonesia memiliki striker berkualitas.
CEO PSIS Semarang Yoyok Sukawi menanggapi rencana PT LIB tersebut. Ia tidak mempermasalahkan jika posisi striker harus diisi oleh pemain lokal.
"Kalau itu usulannya untuk timnas, supaya bisa mencetuskan striker lokal menjadi skala internasional ya saya setuju sekali," kata Yoyok saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (15/8).
Yoyok menilai tidak ada yang salah dari striker lokal. Sehingga tidak mempermasalahkan rencana tersebut. "Kalau tujuannya buat pembinaan karena striker lokal bisa berkembang agar nanti ke depannya diharapkan striker lokal mengisi timnas ya kami setuju saja. Kalau semuanya serentak ya kami tidak ada masalah," jelasnya.
Namun Yoyok menekankan agar PT LIB memikirkan matang-matang keputusan tersebut. "Dari sisi marketing dan sisi kualitas pemain apabila diputus khawatirnya nanti ke Liga 1 juga berkurang," jelasnya.
Karena, menurut Yoyok, striker asing tidak hanya menguntungkan dari sisi prestasi, tapi juga marketing klub. Ia mencontohkan bagaimana striker asing, seperti Marco Simic milik Persija Jakarta dan Fernando Rodriguez dari Mitra Kukar mampu menambah sponsor bagi klub. "Tentu saja itu mengurangi kemampuan klub untuk menarik sponsor. Perlu juga jadi bahan pertimbangan," katanya.
Sejumlah striker asing memang mendominasi tim Liga 1. Dua striker Persib Bandung, Ezechiel N'doussel dan Jonathan Bauman bahkan berstatus sebagai pemain asing. Saat ini top skorer sementara dipegang oleh striker asing. Di timnas U-23 yang sedang berlaga di Asian Games 2018 pun striker yang diturunkan adalah pemain naturalisasi, Alberto Goncalves dan Stefano Lilipaly.