REPUBLIKA.CO.ID, SPIELBERG -- Krisis Yamaha sepanjang MotoGP Austria akhir pekan kemarin merupakan refleksi dari serangkaian masalah yang dihadapi pabrikan Iwata itu bersama kedua pembalapnya, Valentino Rossi dan Maverick Vinales. Kesimpulan ini dapat ditarik dari paparan Direktur Teknis Yamaha, Kouji Tsuya bahwa M1 memang tidak berada di level yang seharusnya.
Tsuya meminta maaf beberapa kali melihat hasil Yamaha di 11 balapan terakhir. Kejadian terparah adalah start ke-14 dan 12 Rossi dan Vinales di GP Spielberg, Austria. Rossi menanggapi maaf saja tak cukup tanpa komitmen untuk meningkatkan performa mesin M1.
"Saya bukan orang yang pantas menilai apakah permintaan maaf itu perlu atau tidak. Saya hanya ingin mereka (Yamaha) meningkatkan performa motor," kata Rossi, dilansir dari Autosport, Rabu (15/8).
Tak ada keraguan tentang pentingnya Rossi bagi Yamaha. Pengaruh kuat pembalap Italia ini bisa menjadi bumerang bagi tim.
Teori ini seiring kembalinya Rossi ke Yamaha pada 2013 setelah dua tahun berjuang tanpa hasil bersama Ducati. Rossi menerima dirinya menjadi pembalap kedua, sebab Jorge Lorenzo telah memenangkan dua gelar juara dunia untuk Yamaha, 2010 dan 2012.
"Valentino akan diberi perlakuan sama seperti Jorge, namun Jorge yang akan memimpin pengembangan motor sebab peluangnya memenangkan gelar berikutnya lebih besar," ujar Manager Tim Yamaha, Lin Jarvis waktu itu.
(baca juga: Adaptasi Cepat Jorginho Dipuji Rekan Setimnya)
Kenyataannya yang terjadi adalah Lorenzo mengalami tahun buruk pada 2014. Yamaha pun mulai berkomitmen untuk Rossi dengan beberapa konsekuensi tak terpikirkan. Contoh paling jelas adalah pada 2015 ketika Lorenzo meraih gelar juara dunia MotoGP ketiganya dengan mengalahkan Rossi di akhir musim yang penuh drama.
Yamaha secara sepihak membatalkan perayaan kemenangan Lorenzo yang sebelumnya sudah dijadwalkan. Saat itulah Lorenzo mulai merasa dia tak lagi memiliki Yamaha dan memilih bergabung dengan Ducati 2017.
Setelah Lorenzo meninggalkan tim, Rossi menjadi nomor satu di Yamaha. Tim kemudian menjalin hubungan lebih dekat dengan VR46 Academy bentukan Rossi.
Keberhasilan balap The Doctor bukan satu-satunya pertaruhan Yamaha dua tahun ke depan. Hal terpenting adalah apa yang akan terjadi setelah itu.
Logikanya, Yamaha tentu tak ingin kehilangan daya tarik, ikon terkuat MotoGP sepanjang masa, seorang Valentino Rossi. Tim Garpu Tala bahkan tak ingin Rossi menjauhi mereka usai pensiun.