Selasa 04 Sep 2018 04:17 WIB

Peringkat Enam Asia, Voli Putra Indonesia Minim Jam Terbang

Tim voli putra Indonesia kalah 2-3 dari Jepang pada laga terakhir Asian Games.

Tim bola voli putra Indonesia bersiap menghadapi tim Korea Selatan dalam Pertandingan bola voli babak perempat final Asian Games 2018 di Tennis Indoor Senayan, Jakarta, Selasa (28/8).
Foto: INASGOC/Nugroho Sejati
Tim bola voli putra Indonesia bersiap menghadapi tim Korea Selatan dalam Pertandingan bola voli babak perempat final Asian Games 2018 di Tennis Indoor Senayan, Jakarta, Selasa (28/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim voli putra Indonesia menempati peringkat enam cabang olahraga bola voli putra Asian Games 2018. Pada laga terakhir, Indonesia kalah 2-3 dari Jepang dalam pertandingan perebutan posisi 5-6 yang berlangsung di GOR Bulungan, Jakarta, Sabtu malam (1/9).

Penampilan Rivan Nurmulki dan kawan-kawan dinilai menunjukkan grafik permainan yang meningkat. Alasannya, Indonesia bermain lebih baik dari permainan yang ditampilkan, ketika kalah tiga set langsung dari Korea Selatan di perempat final.

Sebelum melawan Jepang, Indonesia sempat mencatatkan kekalahan 1-3 dari Arab Saudi dan menang 3-0 atas Kirgistan di penyisihan Pool A. Indonesia kemudian mengalahkan Thailand 3-2 di fase kualifikasi 12 besar dan harus mengakui keunggulan Korea Selatan.

Meski tidak memberikan medali, kerja keras Indonesia patut diapresiasi. Sebab, bukan merupakan hal yang mudah untuk berkompetisi dalam turnamen akbar sekelas Asian Games yang diikuti oleh tim-tim terbaik di Asia saat ini.

Indonesia berada pada peringkat enam dari 20 peserta yang mengikuti cabang bola voli putra dengan posisi di atas negara tetangga seperti Thailand atau Vietnam. Indonesia bahkan lebih tinggi dari Kazakhstan yang selama ini terkenal sebagai tim tangguh.

Pelatih tim nasional bola voli putra, Samsul Jais mengatakan, keikutsertaan Indonesia di Asian Games telah memberikan pengalaman bertanding yang bagus karena tim garuda bisa mengukur tingkat persaingan dengan negara lain. Namun, Samsul mengakui masih dibutuhkan sejumlah pembenahan, agar Indonesia dapat berprestasi lebih baik di tingkat Asia.

Salah satu yang masih dialami skuat asuhan Samsul adalah rasa gugup yang masih menyertai dalam pertandingan penting. Seperti ketika melawan Korea Selatan, kegugupan para pemain berakibat blok-blok yang dilakukan justru memberikan peluang bagi lawan untuk memperoleh angka.

Indonesia juga masih cenderung bermain dengan terburu-buru dan cepat ingin menyelesaikan permainan, melalui serangan dari Rivan Nurmulki, Sigit Ardian maupun Rendy Tamamilang. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Samsul mengatakan, para pemain masih membutuhkan pengalaman bertanding di ajang internasional untuk menambah jam terbang maupun kualitas yang dibutuhkan guna unjuk gigi di tingkat Asia.

"Kita harus sering mengikuti kejuaraan internasional, karena terlepas dari teknik, jam terbang kita sangat minim," kata Samsul saat ditemui seusai pertandingan Indonesia melawan Korea Selatan.

Kapten tim, Aji Maulana mengakui pemain Indonesia masih sering gugup ketika berhadapan dengan lawan yang lebih kuat dan bermain dengan tingkat kolektivitas tinggi. Hal tersebut yang menyebabkan skema permainan tim yang sudah direncanakan tidak berjalan dengan baik dan blok-blok yang dilakukan mudah tertembus oleh serangan lawan.

"Pertahanan kita sangat kurang dan blok-blok kurang rapat. Selain itu, kita tertekan dulu jadi kurang lepas," katanya.

Melakukan persiapan dengan mengikuti turnamen internasional sejatinya sudah dilakukan oleh Indonesia menjelang Asian Games, yaitu dengan berpartisipasi dalam Piala LienVietPostBank di Ha Nam, Vietnam, pada akhir Mei 2018. Dalam turnamen itu, tim Merah Putih dua kali mengalahkan Thailand pada babak penyisihan dan final serta menang atas salah satu tim kuat di Asia saat ini, Kazakhstan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement